Rabu, 12 September 2018

Perjalanan Sunyi Bisma Dewabrata by Pitoyo Amrih; Ketika Kesetiaan Sarat Pembuktian

“Tidak ada yang salah dalam kehidupan ini. Yang keliru adalah ketika kita menyikapi segala sesuatu dengan tidak memperhitungkan akibat dari pilihan sikap kita” 
 


Judul Novel : Perjalanan Sunyi Bisma Dewabrata
Penulis : Pitoyo Amrih
Tebal Halaman : 476 halaman
Ukuran Halaman : 14 x 21 cm
Penerbit : DIVAPress
ISBN : 978-602-955-737-4

Sinopsis :
Ketika tahta Hastinapura yang menjadi haknya, dilepaskannya. Ketika dia bersumpah untuk tidak akan pernah menikah, agar tak ada keturunannya yang menuntut tahta Hastinapura... Apalagi tujuan hidup yang tersisa, yang menjadi semangat hari demi hari menjalani hidupnya yang begitu lama. 
Cerita tentang pengabdian yang bisa menjadi cermin kehidupan kita.
 
Review:

Selasa, 11 September 2018

Hanoman, Akhir bisu Sebuah Perang Besar Novel By Pitoyo Amrih



Hanoman, Akhir Bisu Sebuah Perang Besar
Novel by Pitoyo Amrih
472 pages, published April 20th 2014 by Divapress
ISBN: 9786022555391

Official Sinopsis:
Hanoman dikenal sebagai seorang panglima bangsa Kera yang hanya menghamba pada dirinya sendiri. Mengukir perjalanan hidupnya sendiri. Bukan karena perintah, bukan karena pengaruh. Arah kehidupannya adalah kemana harus berjalan menurut pemahaman kebenarannya. Hanoman yang selalu belajar.

Dia sendiri tak yakin siapa ayahnya. Yang dia tahu, ibunya bernama Dewi Anjani yang tak terlalu sering menemuinya saat kecil. Adalah Sang Hyang Bayu yang justru membentuk pendiriannya sampai dengan remaja. Hidup di negri para Dewa, negri di awan Jonggring Saloka, di istana Bayu bernama Panglawung.

Saat mulai beranjak dewasa, Batara Bayu mengirimnya mengembara ke pulau selatan Dunia Wayang. Bersama Anila yang juga tak pernah tahu asal-usulnya sendiri. Menjelajah mengenali merah hitam kehidupan dunia yang sesungguhnya. Belajar memahami apa arti teman, mengenali rasa kecewa, marah. Melihat dan mendengar tentang makna kepemimpinan. Sampai kemudian takdir membuat dia ditunjuk menjadi seorang panglima sebuah penyerangan besar terhadap suatu negri seberang lautan bernama Alengka.

Hanoman yang kemudian memahami bahwa pertikaian, peperangan sampai pada pertempuran yang semula menurutnya berisi semangat perjuangan antara yang baik dan angkara murka, tak lebih adalah silang sengkarut benturan kepentingan. Kepentingan untuk menguasai, kepentingan untuk mengalahkan, kepentingan mewujudkan keinginan.

Itulah mengapa Hanoman mengambil pendirian tak terlibat Baratayudha. Perang dahsyat yang dia mengira akan menjadi pembelajaran. Ternyata Hanoman keliru. Ternyata perang akan selalu ada. Pertempuran tetap akan selalu terjadi.