Selasa, 24 Februari 2015

Review Novel Sweet Melody #1 by Baek Myo

Cover Sweet Melody 1
Sweet Melody
Genre: drama, romance
Kategori: fiksi, novel remaja, novel terjemahan Korea
Penulis: Baek Myo
ISBN: 978-602-7742-15-4
Ukuran: 14x20 cm
Tebal: 336 halaman
Harga: Rp. 57.000

Terbit: Juli 2013








“Musik adalah kebebasan menuju dunia yang tidak diketahui”

Hwan kabur dari rumah.

Selama berbulan-bulan, ia merasakan pahitnya kehidupan di jalanan, termasuk dikejar oleh kumpulan preman. Saat sedang bersembunyi di sebuah gereja, Hwan bertemu dengan empat pemuda tampan yang sedang berlatih musik. Mereka membantunya lepas dari kejaran para preman itu.
Hwan mengira ia cukup mengucapkan terima kasih pada mereka. Namun tiba-tiba, para pemuda itu mengajaknya bergabung dengan bandmereka.
“Namamu bagus. Kau tahu apa yang terjadi kalau kita memilih anggota yang namanya bagus? Saat memperkenalkan diri dengan nama yang keren, penonton pasti akan bersorak-sorai!”
Alasan apa pula itu?!
Ketika akhirnya Hwan setuju untuk bergabung, keempat pemuda itu berteriak gembira, “Waah! Sekarang terbentuklah band beranggotakan lima pria!”
Mendengar seruan gembira itu, Hwan berpikir, Tunggu. Aku... aku kan perempuan!

Yuhuu, akhirnya kereview juga ni novel *terharu!


Sweet Melody, aku berfikir awalnya ini adalah novel yang menceritakan sekumpulan anak band yang mampu membuat musik dengan harmonni yang berbeda. Namun, tidak seperti itu. Sweet melody #1 ini adalah novel pertama dari dua seri yang menceritakan anak-anak dengan latar belakang berbeda, menjadi satu dalam sebuah band karena daya tarik dan ikatan yang tak mampu mereka wujudkan dengan kata-kata. Ikatan itu alami dan mengingkat erat dalam hati mereka. Uh, satu poin plus dalam novel ini adalah ikatan persahabatan mereka yang tak peduli latar belakang. Kereen.


Senin, 16 Februari 2015

Surat untuk Stiletto Book


Hai Stiletto Book!


Senang rasanya punya kesempatan buat kirim surat seperti ini. Terimakasih!
Surat saya masih pake tema “lawas” tapi maknanya nggak pernah ketinggalan jaman.

“Tak kenal maka tak sayang”

Nah, saya benar-benar baru tahu Stiletto Book setelah ada event ini, dan akhirnya mencoba untuk menulis surat ini. Dengan tak kenalnya saya, maka saya juga masuk ke dalam kategori “rookie” atau tak sayang, eh salah belum sayang! 

Pantai Kesirat : Undetected Beach

Landscape di Pantai Kesirat ! Kereeen!
Sebenarnya agak bingung juga dengan judulnya. Uda salah duluan sih. Pertama, pantainya tidak seperti definisi pantai pada umumnya. Ini pantai tapi kita nggak bisa main di “pantainya” karene kita ada diatas tebing nang jurang, dalam, dan mengerikan. Oh God! Yang punya pobia ketinggian ati-ati ya. Saya yang nggak pobia aja pusing liatnya. Salah yang kedua adalah undetectednya. Kalau kalian di rumah yang lokasinya di kota. Kita tinggal ketik aja Giri Karto di Google Maps dan uda ketemu tuh desa di mana. Tapi begitu kalian uda nyampe Girikarto, kalian uda nggak dapet singal dan satu-satunya cara adalah nanya sama GPS lokal (Gunakan Penduduk Setempat) untuk mencari jalan

Candi Ijo: Sepi tapi Penuh Sesak (?)

Candi Ijo (nggak keliatan candinya ya?)
Siapa yang ngga tau Candi Ijo. Denger-denger candi ini baru ngetren buat mereka-mereka yang suka berpergian. Pengaruh sosmed itu emang luar biasa keren. Awalnya aku ke sana karena aku berfikir tempat ini masih sepi pengunjung, tiket juga gratis. Jadilah aku mempersempit presepsi bahwa candi ini sepi dan jarang di kujungi. Namun sesampai di sana... uahhh, pagar betis manusia!

Selasa, 10 Februari 2015

Candi Barong; Peradaban Tersembunyi di Balik Jati

Candi Barong, Alamatnya uda lengkap kan? 100% asli nggak nipu
Akhir pekan adalah waktu yang paling tepat untuk berpergian. Maka dari itu, akhir pekan ini berangkatlah ke Candi Barong. Hayo kalian tau nggak itu ada dimana? Aku juga awalnya nggak tau itu ada di mana. Belum pernah tau letak dan bentuknya seperti apa. Namanya pun asing karena di Jogja yang terkenal candinya adalah Prambanan, Boko, Sambisari, dan candi-candi kecil lainnya. Tapi, apakah kalian tahu bahwa Jogja itu sebeneranya adalah “kuburan peradaban”? Duh ekstrim sekali kah bahasanya? Tapi ini bukanlah kebohongan kok. Di Jogja , DIY maksudnya merupakan salah salah satu provinsi yang memiliki banyak candi. Gali dikit ke tanah dapet candi, naik ke gunung dikit nemu candi lagi. Waaahhh, nggak kebayang deh peradaban dulu seperti apa sih kok sampai keren gitu.