Kamis, 27 Juni 2013

Review Novel: Negeri Para Bedebah By Tere Liye

Cover Negeri Para Bedebah
Negeri Para Bebah merupakan novel yang ditulis oleh Tere Liye, seorang novelis yang karyanya sudah banyak dikenal dan menjadi best seller. Novel ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pertama kali tahun 2012 dengan tebal halaman 440 halaman. Negeri Para Bedebah merupakan novel pertama, lanjutan dari novel ini berjudul Negeri Di Ujung Tanduk. Walau masih ada kaitannya, cerita keduanya berbeda walau dalam masih memiliki tema yang sama.

Masuk ke dalam cerita, Negeri Para Bedebah ini menceritakan seorang anak muda yang cemerlang. Ia pintar, konsultan keuangan yang mengisi berbagai forum lintas negara, dan memiliki prospek kedepan yang amat cerah. Namun, dari semua itu, Thomas (Tommi) tokoh utama dari novel ini memiliki masa lalu yang begitu suram. Ia yatim sejak usianya masih 10 tahun, hanya kakeknya, tante serta omnya yang tersisa. Kedua orang tua Thomas mati terbakar di atas puing-puing rumahnya gara-gara arisan berantai papanya dan Om-Liem. Sejak saat itu Thomas membenci Om-Liem.

Senin, 24 Juni 2013

Review Novel Skuel Negeri Para Bedebah: Negeri Di Ujung Tanduk, Tere Liye

Cover Negeri Di Ujung Tanduk
“Jika kita memilih tidak peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, Thomas” (hal. 116)

Kalian sudah membaca Novel sebelumnya? Negeri Para Bedebah?
Negeri di Ujung Tanduk ini adalah novel lanjutan dari novel tersebut. Thomas (Tommi) pemuda yang cerdas, berpendidikan dan memiliki pendirian kuat itu masih berjuang diluar sana. Bertarung layaknya petarung sejati yang tak akan mundur walau nyawa taruhan utamanya.

Thomas kini membuka cabang baru di perusahaan konsultannya. Konsultan politik. Akhirnya Thomas masuk ke dunia politik yang selama ini ia benci. Benci? Sebenarnya ia tidak membencinya, Thomas adalah sosok yang memilih untuk membenci diri sendiri karena ia tak bisa melakukan apapun untuk merubah negeri ini. Negeri para bedebah yang menjadi sumber kehidupan kelamnya. Negeri yang membuatnya harus berdiri tegak di atas abu orang tuanya.Thomas memang pendendam  sejati yang bertekad akan berperang dan memilih tidak takut dengan apapun.

Cerita dimulai dari pertemuan Thomas dengan JD, mantan gubernur yang memiliki reputasi cemerlang dalam karir pemerintahan negeri bedebah ini. Pertemuan yang mengesankan itu membuat Thomas bertekat untuk menjadikaanya sebagai pionir paling tinggi di negeri ini. Menjadikan JD sebagai presiden yang memiliki motivasi paling bersih. Semua berjalan lancar, JD adalah calon terkuat presiden yang akan mengubah seluruh negeri. 

Senin, 10 Juni 2013

Cerita Keluarga Sebelas: Ibu Saniah, dan Kehangatan Keluarga Baru dari Suku Osing di Kemiren, Banyuwangi

Kita bersama (keluarga rumah sebelas)







Siapa bilang keluarga itu hanya sekedar ikatan darah? Tidak! Setidaknya itu yang aku rasakan selama berada di antara mereka semua.

Dua hari, hanya dua hari waktu yang kami miliki di Banyuwangi, tapi ingatan kami dan hati kami seolah mendapatkan keluarga baru di suku Osing. Siapa sih kita ini? Pendatang… tapi keterbukaan dan juga kehangatan warga suku Osing masih membekas. Cie…

Tempat persinggahan kami (rumah Ibu Saniah)
Jumat pagi, 31 Mei 2013 jam 09.00 WIB kami rombongan PLG III sampai di Kemiren, Banyuwangi. Belum sempat kami berkenalan, senyum ramah kepala desa dan warga telah menyinari pagi kami (bahasanya). Suasana yang berbeda, bahasa yang berbeda terdengar asing, kami tersenyum (karena tidak mengerti) dan menunggu siapa yang menjadi ibu dan bapak kami selama di sana.

Ibu Saniah, itulah Ibu yang akan merawat kami selama dua hari ini. Lalu di mulailah perjalanan Aku, Upi, Tyas, Dybora, Nurul, Dita, Pitty, Mb Kiki, Ragil, Nisa, Weni, dan Muji mengikuti Ibu Saniah ke rumahnya. Diam. Sesekali bertanya dan melempar senyuman, terasa kaku sampai kami tiba disebuah rumah. Saat menginjakkan kaki pertama. Ah dinginnya lantai, membuat suasana nyaman.

Rabu, 05 Juni 2013

Berkunjung ke Savana Bekol di Taman Nasional Baluran


Savana Bekol
Minggu, 2 Juni 2013
Indonesia benar-benar negara yang kaya, layaknya lagu “rumah kita” segala nikmat dan anugerah yang kuasa, semuanya ada di sini man. Taman Nasional Baluran memang sebuah miniatur Indonesia di mana di dalamnya terdapat berbagai pewujudan alam Indonesia.

Pintu Masuk Taman Nasional
Taman Nasional Baluran terdapat di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Luasnya sebesar 25.000 hektar. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan konservasi Alam No : SK.228/IV-SET/2012 Tanggal 26 Desember 2012 Tentang Zonasi Taman Nasional Baluran (pengganti Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam (PKA) nomor 187/Kpts/DJ-V/1999)  zonasi taman nasional adalah sebagai berikut:
Zona Inti Seluas 6.920,18 Ha (27,68%)
Zona Rimba Seluas 12.604,14 Ha (50,42%)
Zona Pemanfaatan Seluas 1.856,51 Ha (7,43%)
Zona Tradisional Seluas 1.340,21 Ha (5,36%)
Zona Khusus Seluas 738,19 Ha (2,95%)
Zona Perlindungan Bahari Seluas 1.174,96 Ha (4,70%)
Zona Rehabilitasi Seluas 365,81 Ha (1,46%) 
Batas wilayah Taman Nasional Baluran sebelah utara adalah Selat Madura, sebelah timur Selat Bali, sebelah selatan Sungai Bajulmati, Desa Wonorejo dan sebelah barat pegunungan. Terdiri atas hutan pantai, hutan mangrove dan rawa asin, hutan payau, padang rumput savanna, hutan hujan pegunungan, hutan musim, padang lamun, dan terumbu karang (http://balurannationalpark.web.id)