Senin, 25 Februari 2019

Museum UII ; Harmoni Dalam Perbedaan.

"Terkadang kita tak perlu berlajar dari pengalaman pribadi. Belajar dari benda-benda kuno ini pun bisa, bahkan kita akan mendapat lebih tergantung tingkat kreativitas imajinasi kita memutar kembali waktu ke dunia jaman entah ke berapa dan membandingkannya dengan kita sekarang.
Bagaimana tingkat imajinasi Anda?"

Museum Universitas Islam Indonesia (Museum UII)
Judul yang aneh kah? Apa coba artinya dan why? Ok, check this out! 

Ini masih bulan pertama saya sebagai Edukator Museum Universitas Islam Indonesia, masih baru sekali dan banyak sekali yang harus saya pelajari. Museum UII ini termasuk museum yang lahirnya tanpa kesengajaan. Ide dan gagasan untuk mendirikan museum memang sudah ada, namun realisasinya baru terlaksana tahun 2011. Realisasi museum ini bersamaan dengan pembangunan Perpustakaan Pusat UII dan juga ditemukannya harta karun di dalamnya. 

Harta karun? 
Kembali ke tahun 2009, 11 Desember 2009 tepatnya, pembangunan gedung perpustakaan UII dihentikan. Alat berat yang sedang menggali tanah tiba-tiba terantuk batu masif dengan bentuk yang sangat aneh. Temuan ini lantas dilaporkan ke BP3 (sekarang BPCB) dan keesokan harinya tim dari BP3 langsung melihat lokasi temuan. Batuan yang ditemukan merupakan sebuah dinding yang ketika dilakukan eskavasi ternyata adalah bangunan candi. Candi inilah yang di sebut harta karun dalam sejarah pembangunan perpustakaan.

Candi yang termasuk BPCB ini tentunya tidak bisa dipindah. Pembangunan perpustakaan harus dihentikan sementara waktu dan memikirkan bagaimana jalan yang pas untuk masalah ini. Oleh karena itu, perpustakaan yang awalnya berdesain kotak berubah menjadi bentuk setengah lingkaran dimana main view-nya merupakan candi. Museum UII inilah kemudian dibangun di bagian barat candi bersama dengan informasi tentang candi tersebut. 

Perpustakaan, Museum dan Candi di buka umum dan diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia pada waktu itu Jero Wajik pada tanggal 17 Oktober 2011 

Museum UII 
Koleksi Museum yang merupkan salah satu buku
 yang di tulih oleh pendiri UII Drs. Moh. Hatta
Museum UII merupakan museum yang berinformasikan mengenai sejarah panjang pembentukan UII. Berawal dari gagasan-gagasan yang berasal dari tokoh islam Indonesia tahun 1917. Ide dan gagasan ini yang menjadi cikal bakal pembentukan universitas berbasis islam. Sampai pada tahun 1942 didirikanlah Perpustakaan dan Pusat Kebudayaan Islam di Jakarta yang menjadi pionir petama pembentukan Sekolah Tinggi Islam (STI). 

Tahun 1944, dibentuklah pantian pendiri STI dengan diketuai oleh Drs. Moh. Hatta dan juga tokoh-tokoh islam lainnya seperti KH. Wahid Hasjim, KH. Abdul Kahar Muzakkir, KH. Abdul Wahhab, Muh. Natsir, dll. Pembentukan panitia ini kemudian ditindaklanjuti dengan cermat dan pada 9 Juni 1945 diumumkanlah penerimaan mahasiswa baru untuk STI ini. Rangkaian pengumuman, ujian, dan pengumuman kelolosan selesai sampai pada tanggal 8 Juli 1945, STI akhirnya diresmikan oleh Ir. Soekarno dan rektor pertama pada waktu itu adalah KH. Abdul Kahar Muzakkir. STI merupakan sekolah setara universitas yang paling tua di Indonesia. Universitas yang dirintis sendiri oleh pribumi dan menjadi pusat pendidikan yang mulanya hanya dilaksanakan oleh kaum barat. 

Tahun 1946, STI yang bebasis di Jakarta ikut pindah ke Yogyakarta mengingat kegoncangan politik pada waktu itu yang menyebabkan Ibu Kota Indonesia berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Para staff dan penganjar yang tidak lain adalah menteri maupun pejabat negara pun pindah ke Jogja sehingga diputuskan bahwa STI akan dilanjutkan di Jogja. Panitia Perbaikan STI pun dibentuk dan pada tanggal 14 Desember 1947 STI resmi berubah nama menjadi UII dan perkuliahan pertama kalinya dilakukan di Pendopo Dalem Kepatihan 5 Juni 1948. 

Setelah itu, UII mengalami pasang surut perkembangan fakultasnya. UII pernah membuka cabang di Purwokerto, Cirebon, Surakarta, bahkan Gorontalo, namun karena pada tahun 1967 keluar peraturan perundangan tentang pengelolaan admistrasi yang mengharuskan kampus cabang sebaik kampus induk,UII memutuskan untuk melebur kampus cabang ke kampus induknya di Jogja dan baru tahun 1975 proses ini selesai. 

UII kemudian membangun kampus yang berlokasi di Terban, Demangan, dan Tamansiswa. Batu tahun 1988 dibangun kampus atara di Condongcatur sebelum membuat Kampus Terpadu di Jalan Kaliurang mulai tahun 1992 sampai sekarang. Kedepannya semua civitas ademika akan dilakukan di  Kampus Terpadu Jl. Kaliruang. 

Candi Kimpulan 
Candi yang ditemukan di kompleks kampus UII ini di beri nama Candi Kimpulan berdasarkan letak geografisnya yang berada di Dusun Kimpulan, Umbulmartani, Ngemplak, Sleman, DIY. Candi Kimpulan merupakan peninggalan agama Hindu yang dibuktikan dengan adanya Arca Ganesa dan Arca Nandi berserta Lingga Yoni di dalam bangunan candi. Candi Kimpulan terdiri dari dua buah candi, Candi Induk dan Candi Perwara. Tidak ada yang tahu pasti dibangun tahun berapa, namun berdasarkan aksara sansekerta yang tertera pada kepingan logam di dalamnya, candi ini diperkirakan berasal dari abad ke 9 M. 

Candi ini ditemukan didalam timbunan tanah sedalam 2,7 meter dan ditemukan dalam bentuk yang masih utuh kecuali atapnya. Candi ini tidak memiliki atap permanen seperti candi-candi pada umumnya. Diperkirakan atap candi ini berasal dari bahan organik karena ditemukannya umpak yang biasa digunakan sebagai dasar dari tiang baik bambu atau kayu. Berbeda dengan candi Hindu pada umumnya yang biasa diapit oleh tiga arca Ganesa, Durga dan Agastya, candi ini hanya memiliki Arca Ganesa sebagai dewa utama yang dipuja. Bersadarkan mitologinya, selain Ganesa mewakili ilmu pengetahuan dan kesuburan, Ganesha juga disebut sebagai dewa penghalang rintangan. Selain itu, di bawah lingga yoni juga ditemukan peripih-peripih yang berupa logam dan pernak-penik yang biasa di gunakan untuk membuat aksesoris. Logam mulia yang ditemukan berupa emas berdiameter 2 cm dengan motif surya dan juga perak yang digunakan sebagai alat tukar masyarakat pada waktu itu. Ada juga cawan dan periuk yang biasa digunakan untuk upacara persembahan. 

Candi dan Museum UII menjadi satu objek kunjungan jika berkunjung ke salah satunya. Hal ini karena desain dari bangunan museum yang melingkari candi sehingga akses utama ke candi adalah lewat museum. Kedua bangunan ini berdampingan satu sama lain dengan paduan harmonisasi antara bangunan moderen dan bangunan peninggalan abad ke 9 M. Mereka saling berdampingan dan saling bertoleransi (beda latar belakang agama ya pasti) satu sama lain, mewujudkan pembelajaran yang nyata bahwa perbedaan tidaklah selalu menjadi halangan untuk bersama-sama mewujudkan keselarasan dan harmoni dalam keidupan. Suatu yang bisa dibilang amazing ketika dulu di wilayah ini merupakan tempat peribadatan agama Hindu namun beratus-ratus tahun kemudian wilayah ini berubah menjadi pusat studi islam. Sesuatu yang dapat kita pelajari bahwa hidup itu berubah, sejarah itu terus belanjut dan masa lalu akan selalu menjadi cerminan untuk sekarang dan masa depan. Benda matipun kadang tidak luput untuk memberikan pelajaran bahkan menanamkan rasa handarbeni, saling menghargai perbedaan, dan hidup dalam keharmonisan. 

Duuh, benerkan so sweet sekali...candi aja punya pendamping loh, kamu? 
Hahaha 
Kesambet apa ya saya di sini? 
Oke for futher question just leave comment below, 

Seperti biasa! 
Salam Sahabat Museum! 
Museum di Hatiku! 

Kompleks Perpustakaan, Museum, dan Candi Kimpulan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar