Rabu, 24 April 2019

The Last but Not Least: Tere Liye - Ceros dan Batozar, Komet, dan Komet Minor: Hakekat Perjalanan

“Yang tidak pernah berubah dari hakekat perjalanan : Proses. Proses untuk belajar dan terutama proses untuk merelakan masa lalu menjadi kenangan.” AIANA​




Ceros dan Batozar
Bumi #4.5
Tere Liye
Gramedia Pustaka Utama
376 halaman
Terbit Mei 2018
ISBN 9786020385914


Sinopsis

Awalnya kami hanya mengikuti karyawisata biasa seperti murid-murid sekolah lain. Hingga Ali, dengan kegeniusan dan keisengannya, memutuskan menyelidiki sebuah ruangan kuno. Kami tiba di bagian dunia paralel lainnya, menemui petarung kuat, mendapat kekuatan baru serta teknik-teknik menakjubkan.

Dunia paralel ternyata sangat luas, dengan begitu banyak orang hebat di dalamnya. Kisah ini tentang petualangan tiga sahabat. Raib bisa menghilang. Seli bisa mengeluarkan petir. Dan Ali bisa melakukan apa saja





Komet
Bumi #5
Tere Liye
Gramedia Pustaka Utama
384 halaman
Terbit Mei 2018
ISBN 9786020385938


Sinopsis

Setelah “musuh besar” kami lolos, dunia paralel dalam situasi genting. Hanya soal waktu, pertempuran besar akan terjadi. Bagaimana jika ribuan petarung yang bisa menghilang, mengeluarkan petir, termasuk teknologi maju lainnya muncul di permukaan Bumi? Tidak ada yang bisa membayangkan kekacauan yang akan terjadi. Situasi menjadi lebih rumit lagi saat Ali, pada detik terakhir, melompat ke portal menuju Klan Komet. Kami bertiga tersesat di klan asing untuk mencari pusaka paling hebat di dunia paralel.

Buku ini berkisah tentang petualangan tiga sahabat. Raib bisa menghilang. Seli bisa mengeluarkan petir. Dan Ali bisa melakukan apa saja. Buku ini juga berkisah tentang persahabatan yang mengharukan, pengorbanan yang tulus, keberanian, dan selalu berbuat baik. Karena sejatinya, itulah kekuatan terbesar di dunia paralel




Komet Minor
Bumi #6
Tere Liye
Gramedia Pustaka Utama
376 halaman
Terbit Maret 2019
ISBN 9786020623399​


Sinopsis

Pertarungan melawan Si Tanpa Mahkota akan berakhir di sini. Siapapun yang menang, semua berakhir di sini, di klan Komet Minor, tempat aliansi Para Pemburu pernah dibentuk, dan pusaka hebat pernah diciptakan.

Dalam saga terakhir melawan Si Tanpa Mahkota, aku, Seli dan Ali menemukan teman seperjalanan yang hebat, yang bersama-sama melewati berbagai rintangan. Memahami banyak hal, berlatih teknik baru, dan bertarung bersama-sama. Inilah kisah kami. Tentang persahabatan sejati. Tentang pengorbanan. Tentang ambisi. Tentang memaafkan.

Namaku Raib, dan aku bisa menghilang
Review


Raib, Seli, dan Ali. Tiga bersahabat tidak terpisahkan ini akhirnya mengarungi kisah untuk bertemu dengan si Tanpa Mahkota. Namun sebelum perjalan itu di mulai, Raib, Seli, dan Ali harus bersabar dulu dengan petualangan mereka di dunianya sendiri, karya wisata yang menyenangkan sebenarnya, tapi tidak untuk si jenius Ali. Ali sudah menguap berkali-kali mendengarkan penjelasan guru sejarahnya, sampai alatnya mendeteksi aktivitas dunia paralel yang sangat kuat. Si Bandel itu akhirnya tertarik dengan karya wisatanya.


Raib sudah memperingatkan beberapa kali agar mereka mematuhi perintah Miss Selena. Tapi mereka adalah satu tim, lihatlah, Raib sudah duduk di dalam kapsul terbang ILY. Mereka diam-diam meninggalkan rombongan dan kini bergerak jauh ke selatan, menembus air lautan kemudian kembali lagi ke utara melalui lorong bawah tanah dan tiba di ruangan luas yang tepat di bawah situs warisan budaya tempat mereka karya wisata. Mereka terpana oleh artifisial ruangan sampai dua monster muncul. Dua-duanya adalah manusia dengan kepala badak bercula empat. Lagi-lagi, Raib, Seli, dan Ali harus mempertaruhkan nyawa mereka untuk bertahan dari amukan kedua makhluk tersebut.

Adalah Ngglanggeran dan Ngglanggeram, mereka berasal dari Klan Aldebaran, klan tertua dan yang pasti, kuat. Si kembar ini adalah wujud asli manusia berkepala badak yang disebut ceros. Mereka terjebak di dalam ruangan yang sengaja mereka buat agar ceros tidak bisa keluar dari sana. Tidak ada jalan keluar dari ruangan itu, sampai si genius Ali mengetahui rahasia si kembar. Mereka bisa keluar tapi dengan pengorbanan. Pengorbanan yang sangat besar sekali. Apa? Hmm, saya sebisa mungkin mengurangi spoiler

Selesai karya wisata, Miss Selena kembali ke bumi dengan kabar buruk. Tahanan paling berbahaya bernama Batozar kabur dari penjara dan kabur ke bumi! Seperti biasa Miss Selena melarang anak-anak ini untuk mencari tahu, namun kali ini justru Batozar yang muncul di depan mereka, ia sedang membeli rendang di rumah makan padang. Raib, Seli, dan Ali langsung tahu karena penampilan Batozar yang sangat berbeda dari penduduk bumi pada umumnya. Mereka tidak tahu bahwa Batozar sebenarnya sedang mencari Raib. Ia membutuhkan bantuan Raib dan kebingungan mencari cara menemukan gadis itu. Tapi lihatlah kini Raib dan kedua temannya justru ada di hadapannya. Batozar akhirnya menculik ketiganya dan kabur menggunakan potral cermin! Batozar adalah pengintai nomor satu di Klan Bulan, dia dipenjara karena membunuh dan melakukan kejahatan. Batozar menginginkan Raib untuk berbicara dengan alam dan melihat ke masa lalunya. Batozar adalah sosok yang kejam namun siapa sangka ia adalah guru yang terbaik mereka.

Kisah Ceros dan Batozar ini adalah buku ke-4.5 dari serial Bumi. Bayangkan 4.5! Setelah saya beli bulan Mei 2018 bersama Komet, saya syok sekali melihat urutan angkanya. Saya pikir dua buku yang ada di tangan saya adalah buku terakhir serial Bumi ini. Dua novel ini menganggur sampai Maret 2019 ketika Komet Minor melengkapi mereka berdua. Pikir saya, kenapa harus ada seri penggalan 4.5? Sampai akhirnya saya paham. Buku ini adalah kunci awal dan akhir dari perjalanan mereka melawan si Tanpa Makhota.

Raib, Ali dan Seli disambut dengan meriah di hari terakhir Festival Bunga Matahari Klan Matahari. Beberapa menit lagi matahari terbit dan bunga matahari pertama itu mekar. Dunia paralel khawatir kekuatan bunga matahari ini akan dimanfaatkan si Tanpa Mahkota untuk membuka portal ke klan Komet Minor.

Prediksi itu tidak salah, Raib, Seli, dan Ali kini terdampar di kepulauan Komet setelah dengan tanpa pikir panjang mereka ikut masuk ke portal itu mengikuti si Tanpa Mahkota. Di pulau ini mereka melakukan perjalanan dari Pulau Hari Senin, Hari Selasa, Hari Rabu, Hari Kamis, Hari Jumat, hari Sabtu dan Hari Minggu. Perjalanan ini tidak ubahnya seperti kisah Jouney to the West-nya Kera Sakti untuk menemukan kitab suci. Mereka terus berlayar ke arah barat, melalui ujian demi ujian di setiap pulau untuk menemukan apa yang mereka cari. Pohon dengan buah yang langka, yang hanya mucul buahnya setelah dua ribu tahun sekali. Berlayar? Tentu saja mereka tidak bisa mengemudikan kapal layar, perjalanan ini ditemani oleh Max, pelaut yang mereka selamatkan dari kepungan bajak laut.

Kepulauan Komet ini sangat aneh, pimpinan desa ini seperti kembar tujuh. Semuanya mirip sekali dengan Kakek dan Nenek Nay yang mereka temui di pulau Hari Senin. Namun sejatinya mereka tidak pernah tahu sampai mereka sampai di Pulau Hari Sabtu. Pulau ini adalah pulau terakhir sebelum sampai di pulau Hari Minggu, tempat pohon aneh itu tumbuh. Mereka bertemu dengan Pemilik Kunci Lautan, ujian terakhir dimulai. Mereka bertiga tentu saja lulus ujian kerena mereka tokoh utama novel ini, namun perjalanan di kepulauan komet ini berakhir dengan luka dan penghianatan.

Ya, saya juga kaget sekali dan hampir membanting novel ini. Gemas sekali rasanya!

Nyawa Raib, Seli, dan Ali teracam berakhir dalam perut ikan raksasa yang siap menelan mereka sampai akhirnya Plop! Batozar muncul dan menyelamatkan mereka. Tapi alih-alih selamat mereka justru harus tertelan oleh ikan raksasa agar sampai di Klan Komet Minor. Ikan inilah portalnya. Klan yang lagi-lagi semakin aneh dan berbahaya. Hampir tidak ada penduduk yang mereka temui sampai akhirnya mereka tahu bahwa penduduk di klan ini nomaden. Mereka berterportasi dengan membawa serta desa/kota mereka!

Di Klan Komet Minor, kelompok kecil ini harus sebisa mungkin bersembunyi dari si Tanpa Mahkota, akan tetapi di sisi lain mereka juga harus cepat menemukan senjata yang bisa membahayakan seluruh dunia paralel. Mereka harus mencari Para Pemburu untuk memberitahu mereka tentang kedatangan si Tanpa Mahkota. Mencari adalah kehalian Batozar, tentu saja masalah ini sangat mudah bagi mereka. Namun, masalah lainnya adalah kekuatan. Si Tanpa Mahkota lebih kuat dari mereka berempat. Mereka harus bertarung agar bisa bertahan, minimal untuk hidup. Mereka bertemu Tuan Entre, Arci, Kulture, dan terakhir Finale untuk bisa menggabungkan potongan pusaka itu. Lagi-lagi mereka harus berpetualang, melewati ujian, bertemu makhluk mematikan, dan juga bertaruh nyawa dengan si Tanpa Mahkota.

Panjang sekali! Cerita tiga novel sekaligus! Ah saya harus bilang apa di sini? Akhirnya selesai? Tidak juga, banyak sekali pertanyaan yang justru muncul. Penjelasan yang perlu dilengkapi dan juga kisah cinta yang harus di mulai. Hehe, saya termasuk pembaca yang menunggu kisah Raib dan Ali.

Secara keseluruhan saya menyukai pejalanan mereka, baik Komet atau Komet Minor merupakan sebuah proses yang harus mereka lewati untuk bisa mencapai tujuan. Terpaksa sih menurut saya karena mereka terjabak pada perselisiahan “orang tua” di dunia paralel. Mereka yang polos dan tidak tahu apa-apa ini harus terlibat dengan ambisi serta kepentingan yang membuat mereka mempertaruhkan nyawa demi dunia yang bahkan tidak mereka pahami. Perjalanan di novel Komet ini adalah kisah yang unik menurut saya. Setiap pulau memiliki tematik sendiri, ujian yang sangat sederhana namun begitu sulit untuk dilalui orang dewasa. Saya paling menyukai pulau Hari Selasa, di mana masyarakatnya tidak ada yang ingin membantu si kecil Cindanita menemukan bonekanya yang hilang. Hanya karena kehilangan benda adalah hal yang wajar di sana, masyarakat menjadi mengabaikan fakta di mana ada pencuri yang sudah ‘dimaklumi’ dan dibiarkan (tiba-tiba saja saya ingat ‘tikus’ Indonesia yang juga dianggap wajar saja saat mereka mencuri). Ketiga sahabat ini memutuskan untuk membantu Cindanita.

“kita sibuk sekali mengurus masalah di Tanpa Mahkota, mengurus nasip seluruh dunia paralel.... Tapi kita lupa, justru hidup ini datang dari hal-hal kecil. Anak itu ingin menemukan bonekanya. Dia minta tolong kepada siapa saja yang bisa. Hanya karena masalahnya terlalu kecil, kita abaikan begitu? Semua orang hendak menyelamatkan dunia, tapi siapa yang bersedia mencari boneka itu? Jika memang begitu dunia ini bekerja, aku lebih baik berhenti mencari pulau itu. Petualangan kita tidak ada gunanya. Komet hal 161.”

Ini adalah sentilan nyata untuk keadaan dunia kita. Ketika kita hanya ingin perubahan besar namun tidak pernah mencoba untuk memulainya dari diri sendiri dan sibuk dengan orang lain. Miris sekali namun begitulah kenyaataanya.

Tidak hanya itu saja sebenarnya sentilannya. Banyak sekali. Tentang realitas masyarakat kita saat ini, bagaimana teknologi membuat mereka lupa pelajaran penting tetang ilmu itu sendiri. Bagimana tentang situasi generasi saat ini yang tidak peduli dengan sekitarnya. Bahkan sentilan tentang bagaimana perkembangan novel ini yang begitu lambat sehingga skuel-nya jadi banyak (dan membutuhkan waktu lebih banyak untuk membaca dan membelinya). Lucu sekali ketika Bang Tere menyebut tentang novelnya sendiri dan juga pekembangannya di sini. Sepertinya beliau tidak menyadari bahwa novelnya akan tumbuh seperti ini, eh? Tapi dibalik itu semua, novel ini membuat daya imajinasi pembaca berkembang dengan tingkat imajinasi yang luar biasa. Imajinasi itu penting loh untuk pengembangan kreativitas otak.

Bicara tentang perkembangan, novel ini memang berkembang dengan imajinasi tidak terbatas. Akan tetapi, menurut saya, luasnya perkembangan latar novel menjadi celah pertanyaan untuk muncul. Padahal awal perjalanan kisah Bumi adalah pertanyaan siapa orang tua Raib, namun sampai akhir novel ke enam, pertanyaan itu bahkan belum menemukan jawabannya. Kemudian untuk perkembangan kekuatan mereka bertiga, sangat lambat dan wajar sekali jika pembaca merasa bosan dengan perkembangan kekuatan mereka bertiga. Begitu-begitu saja tanpa ada perkembangan yang berarti. Tapi pembaca harus ingat bahwa mereka tidak pernah punya guru. Mereka hanya anak-anak biasa yang perlu lebih banyak belajar, banyak latihan. Guru pertama mereka justru Batozar sang pengintai yang menurut saya justru jadi scene stealer di novel Komet Minor. Jujur, saat saya membacanya, kalau tidak ada Batozar, anak-anak ini sudah mati di titik pertama mereka sampai di Klan Komet Minor karena sembarangan minum air jernih (yang ternyata beracun). Maka dari itu, saya menyebutnya sebagai kunci pembuka perjalanan.

Di Komet Minorlah saya merasa merasakan perjalanan yang sesungguhnya. Perjalanan ini jadi sangat mendebarkan karena mereka berkejaran dengan hidup dan mati. Namun lagi-lagi, kalau bukan karena Batozar, mereka bukanlah siapa-siapa. Banyak sekali pelajaran yang diberikan Batozar. Tidak hanya untuk Raib, Seli dan Ali tapi juga untuk pembaca. Tapi sayangnya, saya tiba-tiba menyadari satu hal yang membuat perjalanan ini berakhir dengan ending yang saya prediksikan. Kejeniusan Ali tiba-tiba menular ke saya (hahaha). Si Ali memang pembelajar terpandai yang pernah saya temui, dan uniknya adalah celetukan-celetukannya yang membuat buku ini tidak hanya penuh dengan ketegangan namun juga lelucon konyol. Oh si Ali tampan kata Raib loh. Hmm, bicara tentang Ali, saya jadi ingat akan pidatonya yang membuat saya bertanya siapa Ali sebenarnya? Bang Tere entah kapan dan di mana menjelaskan tentang si Ali ini. Btw jika saya bicara tentang ending, di buku Komet twist-nya lebih kerasa daripada di Komet Minor. Oh iya, saya menyebut Batozar adalah kunci pembuka, lalu siapa penutupnya? Kunci penutupnya adalah ceros. Itu yang menyebabkan kenapa novel Ceros dan Batozar sangat penting untuk kelanjutan Komet dan Komet Minor.

Kembali berbicara tentang Ceroz dan Batozar, kita akan ingat Bor-O-Bdur. Di sana digambarkan dengan bangunan kuno yang di kelilingi oleh danau menyerupai bunga teratai yang sedang merekah. Saya tidak tahu apa Bang Tere tahu fakta ilmiah tentang ini. Tapi dalam kenyataannya, Borobudur yang kita lihat sekarang ini berdiri di atas danau purba, basin yang dikelilingi oleh tiga vulkan pada akhir jaman pleistosen 27.640 BP (Before Present). Hipotesis paleolake ini diungkapkan oleh Niuwenkamp, 1931 yang didukung oleh Van Bemmelen : “Borobudur as symbolizing Buddha seated on lotus flowers floating on lake which had since dried up” . Saya tiba-tiba ingat saat pelajaran geomorfologi dulu saat membaca deskripsi ini.

Sekali lagi, bertemu dengan karya Tere Liye, kita akan selalu belajar tanpa merasa digurui. Di setiap tempat kita akan selalu belajar untuk menghargai sesuatu yang paling sederhana dan tidak penting sekalipun. Daripada film dunia fantasi yang bisa mereka lihat di layar kaca, saya lebih merekomendasikan novel ini untuk remaja-remaja Indonesia. Saya terlalu tua sebenarnya untuk membaca genre novel ini. Namun saya tidak pernah kecewa dengan nilai yang disampaikan di dalamnya. Jika berkata tentang kekurangan, saya tidak tahu ini di sebut kekurangan atau kelebihan. Tapi buku ini memiliki banyak sekali tokoh dengan sedikit sekali penjelasan. Membuat kita haus akan pertanyaan. Bahkan belum selesai masalah orang tua Raib kita harus ditambah pertanyaan tentang orang tua Ali. Ah, tidak benar kalau novel ini sudah berakhir. Satu hal lagi kekurangannya (yang juga saya pertanyakan) adalah harga novel yang berbanding lurus dengan kenaikan nomor serinya. Jujur kalau ini genre remaja, harganya sangat tidak remaja. Selesai membaca Komet Minor, jujur, saya berdiri antara dua perasaan. Senang karena perjalanan ini selesai dengan sangat berarti atau sedih karena harus berpisah. Tapi akhir juga merupakan pertanda untuk memulai hal baru. Benar saja, Bang Tere sudah siap mengaduk-aduk semesata anggaran saya untuk ketiga side story yang tidak mungkin saya lewatkan mengingat saya mengikuti serial Bumi ini. Saya totaly speechless.

“Di dunia ini ada banyak hal yang kita lihat tidak seperti terlihat. Ada banyak yang kita kenal tapi tidak seperti yang kenal. Aku bisa saja membantu kalian menyingkap rahasia, topeng, kebohongan di ruangan ini misalnya, tapi membiarkan kalian memahaminya secara langsung akan lebih bijak. Komet hal. 365”

Ya, perjalanan ini lagi-lagi tentang proses untuk pendewasaan. Tidak instan, karena generasi yang diinginkan adalah generasi yang tumbuh dengan pembelajaran dan kebijakan. Tidak peduli adanya guru atau tidak, kita bisa belajar dari apapun, latihan sekeras apapun. Bukan generasi yang instan yang dengan mudahnya menyerap apapun tanpa memfilter baik buruknya. 

"Aku tahu kalian tidak memiliki guru yang bisa mendidik kalian. Tapi itu bukan alasan. Kalian bisa melatih diri kalian sendiri. Komet Minor 63"

Kalian ingin menjadi yang mana? Tentukan pilihan dari sekarang, apabila terlanjur buruk atau salah pun, kita bisa memulainya lagi dan belajar dari kesalahan itu.

“dalam hidup ini kadang kita melakukan sembilan puluh sembilan kebaikan, lantas tidak sengaja melakukan satu keburukan. Kita kadang lebih fokus pada satu keburukan tersebut, lupa betapa banyaknya yang telah kita lakukan. Komet hal 271”

Begitulah, pemahaman saya tentang ketiga novel ini. Memang resensi kali ini adalah lomba, namun saya sudah berterimakasih sekali, dengan adanya lomba yang diadakan oleh Bang Tere dan Tim sehingga semua bisa mampir di rumah kecil saya. 



My Rate is 8.5 of 10. 
Not perfect but it really worth reading!


Walau belum lengkap bisa juga resensi sebelumnya:

Novel Bumi by Tere Liye : Ketika Keyakinanmu Membawamu Kepada Pertanyaan yang Bahkan Tak Terpikirkan Jawabannya


3 komentar:

  1. Pas baca komet, kupikir tanpa mahkota ada hubungannya dengan Raib karena sesama yg punya darah murni. Eh ternyata batozar jelasin, yg punya darah munrni tidak sama dengan yg keturunan raja seperti tanpa mahkota. Ditambah tanpa mahkota mengakui Ali sebagai titik titik (takut spoiler) wkwk artinya buku ini masih sangaaaaaaat panjang 😂 tapi aku masih setia dan gak bosan, tapi ya itu banyak juga aku baca review komet minor yang merasa bosan dan harusnya bisa berhenti di komet 😂 aku belum buat review masih cari-cari wangsit siapa yg udah ikutan review salam kenal Kaka

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo kakak salam kenal juga. Terimakasih telah mampir di rumah saya. iya benar, saya juga berpendapat pertanyaan yang muncul bagaikan bola salju yang mengelinding. semakin besar dan semakin cepat alirannya. sangat tidak benar ketika novel berakhir di sini saja. hehe. saya kebetulan sudah selesai baca dan memang dari awal berniat review. kebetulan bertepatan dengan event ini jadi loncat dari bulan ke ceros dan matozar. masih merasa hutang untuk matahari dan bintang

      Hapus
  2. How much is casino jackpot worth on a casino? - Dr. Dr.
    What's the best way to make 충청남도 출장마사지 a winning casino jackpot? 아산 출장마사지 How much is the casino 군산 출장마사지 jackpot worth in real time? Learn how to win real 양주 출장샵 money 상주 출장안마 gambling

    BalasHapus