Rabu, 31 Juli 2019

Museum Geoteknologi Mineral ; Sebuah Catatan Kecil Tentang Kehidupan

“Semua catatan kehidupan itu bersenyembunyi dalam kesunyian, mengintip kita dalam diam. Mereka kadang terasa fana, namun bukan berarti tidak ada. Mereka menunggu jiwa-jiwa untuk bertemu, membuat kita bersabar untuk menemukan kebenaran rahasia alam”
-Yogyakarta, AIANA-

Cover Depan Museum yang dihiasi dengan Kereta Tambang Emas dari PT Aneka Tambang

Catatan perjalanan ini sebenarnya sperti momok dalam pikiran saya. Entah karena begitu rumitnya penjelasan yang bisa saya uraikan atau karena memori yang begitu berharga sehingga sangat sulit untuk mengungkapkannya dalam beberapa paragraf saja. Museum ini sangat berharga bagi saya, seperti sebuah ingatan pertama yang kita ingat dalam kehidupan kita, begitu juga dengan museum ini. Museum ini adalah museum yang pertama kali menungi saya di dunia pekerjaan. Saya dua tahun di tugaskan di sana. Dengan sebuah semangat yang bersambut dengan lingkungan yang begitu mendukung aktivitasnya. Inilah ‘sedikit’ catatan saya.


Sebelum saya bercerita tentang saya, saya akan membahas tentang museum ini terlebih dahulu, takutnya cerita saya akan berkepanjangan. Jadi tak masalah bila nantinya putus ditengah jalan (aduh ngelu ya kalau putus, jadi sampaiin ke pelaminan ya bacanya, hihi).

Museum Geoteknologi Mineral (MGTM), merupakan salah satu museum yang berlokasi di Yogyakarta, tepatnya di kompleks Universitas Pembangunan Veteran Yogyakarta (UPN) kampus II Babarsari, satu lokasi dengan Kampus Fisipol UPN. Museum ini termasuk museum yang usianya sudah cukup tua, berdiri mulai tanggal 17 Februari 1988. Museum ini dirintis dengan pengandaan koleksi yang merupakan hasil dari jejak perjalanan penelitian dari mahasiswa, dosen, maupun civitas akademika UPN. Termasuk yang sudah cukup lama usianya kan?

Lalu yang yang khas dari MGTM?

Magnet Separator untuk Tambang Pasir Besi
Koleksi yang menarik di museum ini adalah berbagai alat yang digunakan untuk proses pengolahan mineral yang ada di bumi. Representatif dengan namanya geoteknologi, museum ini memberikan pegunjung gambaran yang nyata terkait dengan berbagai proses pengolahan. Walaupun koleksi geologinya tidak kalah menarik, namun bagi saya yang menjadi identitas dari museum adalah koleksi geoteknologinya. Kita bisa dengan jelas menemukan berbagai alat tambang, bor, alat peledak, miniatur dari alat berat yang digunakan dalam pertambangan, model pertambangan bawah tanah dan juga uppercrop atau terbuka dll. Dimana coba kita bisa bebas mengamati mengingat Yogyakarta jauh dari pernambangan mineral terutama golongan A dan B? Kalau C mah gampang ya? Tinggal pergi ke Gunung Merapi dan sepanjang aliran sungai yang berhulu di sana. Bahkan di museum ini juga memiliki koleksi kereta tambang emas dari PT Aneka Tambang. Hmm, patut dilihat kan?

Salah satu miniatur alat berat pertambangan
Untuk koleksi geologinya, museum ini memberikan kita gambarang yang jelas mulai dari Prakambium sampai dengan resent. Berbagi koleksi fosil dan batuan juga melengkapi koleksi yang menjadi tampilan utama di museum. Bahkan koleksi fosil yang berusia lebih dari 300 juta tahun yang lalu juga bisa kita temukan di sana. Wow sekali, kita juga dapat melihat berbagi koleksi batuan yang berasal dari proses panjang siklus batuan. Uh, saya menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari batuan tahun pertama saya ditempatkan di sana. Luar biasa, ribuan koleksinya. Saya megap-megap saat pernah melakukan proses registrasi, indentifikasi, dokumentasi, sampai dengan labelisasi koleksi museum. Kalau saya ke sana, saya masih ingat betapa rumitnya proses ini, namun di sisi lain saya juga tidak menyangka saya dulu bisa melakukannya. Saya yang pada waktu itu bersama dengan Ayu seperti dalam dunia museum yang saya bayangkan. Kegiatan ini masih saya teruskan bersama dengan rekan baru saya ditahun berikutnya yaitu Galih. Pengalaman yang sangat luar biasa. Entah kapan memori ini akan bertahan disana. Haha.
Ruang Audiovisual yang luas dan nyaman
Museum ini memiliki ruang audiovisual yang dapat dimanfaatkan untuk berbagi kegiatan. Selain itu museum juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas lain yaitu toilet, wifi, tempat berteduh yang nyaman, dll. Kalau melihat apa yang perlu di perbaiki sebenarnya adalah dari display koleksi museum. Museum ini memiliki koleksi yang sangat luar biasa, namun juga memiliki storyline yang cukup rumit dan diperlukan penataan ulang yang cukup banyak. Selain itu juga dari segi koleksi fosil yang perlu ektra perawatan dan juga penelitian mengingat berbagai perkembangan penelitan di luar museum yang terus mengubah fakta mendekati titik terang sejarah kehidupan. MGTM dibuka untuk umum ya kawan, bisa dikunjungi di hari kerja Senin-Kamis dari jam 08.00-16.00 dan 08.00-15.30. Dulu tidak ada tiket masuk alias gratis. Lokasi parkir masih jadi satu dengan wilayah kampus ya, jadi nggak usah bingung mencari tempat parkir.

Ada pertanyaan?

Edukasi yang di lakukan langsung oleh Kepala Museum Ibu Premonowati (alm)
Kembali ke cerita saya. Ingatan saya masih sangat begitu jelas di museum ini. Banyaaaaak hal yang saya pelajari dari sana. Dulu awal mula saya di sana tahun 2015, saya bertemu dengan pimpinan yang luar biasa, dengan passion yang terus membara di usianya yang sudah tidak lagi muda, dan juga dedikasinya untuk ilmu pengetahuan hingga akhir hayatnya. Namanya Ibu Premonowati. Tidak lama kiprah beliau di dunia permuseuman, namun tidak ada yang tidak mengingat semangat beliau. Ah saya sungguh menerima banyak sekali, hingga sosoknya tidak pernah akan saya lupakan. Saya menyesal dengan berbagai keluhan ‘pekerjaan’ saya mengingat beliau tidak penah mengeluh sepanjang mendidik kami bertiga. Respect saya!

Belum lagi, memori saya bersama dengan Ayu atau Galih yang dua-duanya makhluk langka yang saya kenal. Kedua orang ini begitu uniknya hingga saya merasa sudah mengenal mereka lebih lama dari usia kami bertemu dan bersama. Duh, saya kalau ingat kadang ketawa sendiri. Kami tidak selalu baik-baik saja, kami sering bertengkar dan berdamai tanpa sadar, kompak sekali walau kami sangat berbeda kepribadiannya. Si Ayu ini pinter sekali hingga kelihatan bodoh, sedangkan satunya pinter kali sampai kayak robot. Saya? Saya mah normal-normal aja (ngaku normal padahal bisa klop sama mereka yang upnormal). Ckckckck...

Back to quote saya diatas,
Edukasi Mitigasi Gunungapi dan Gempabumi
Museum ini bagikan sebuah oase yang ada di Jogja saya kira. Museum ini saya pikir akan terus bisa berkembang sesuai dengan perkembangan penelitian dan temuan. Tidak hanya dari UPN sendiri namun juga dari perkembangan berbagai penelitian di luar sana. Museum ini bisa menjadi perpanjangan lidah berbagai informasi, terutama yang saat ini terus di soroti adalah tentang mitagasi bencana letusan gunung api dan juga gempa bumi yang tiba-tiba viral. Bukan karena kesadaran masyarakat akan kebencanaan yang meningkat namun karena berbagai ‘ramalan’ dan ‘azab’ yang melanda Indonesia. Masalah ramalan, woh saya juga bisa meramal kalau Indonesia itu akan terkena gempa yang besar (udah ada catatan riwayatnya kan? Ingat sejarah itu berulang). Dan bicara tentang azab, hmm, kalau simpulannya seperti itu apa boleh saya bilang, ‘kalau begitu, sejak awal mula pembentukan kepuluauan NKRI, sudah ditakdirkan bahwa tempat ini adalah tempat dimana azab diberikan?’ Nah, museum sebenarnya bisa menjembatani isu-isu seperti ini dengan tujuan untuk memberikan kesadaran yang basisnya pada ilmu pengetahuan bukan pada ketakutan akan ramalan dan azab yang arahnya saya pikir kurang positif.

So, bagaimana? Ingin berkembang juga? Ingin mengenal bumi ini lebih baik?
Bisa berkunjung ya teman-teman ke Museum

Salam Sahabat Museum!

Museum di Hatiku!

Lagak saya sudah seperti artis saja ini. hehe


As Always, Saya yang selalu petakilan, ini adalah lori (kereta) tambang emas.

2 komentar:

  1. Vimeo - VideoODL.cc
    Vimeo mp3 juice is a free content source for Vimeo, the world's largest community for content creators, creators, and content creators. Vimeo - Video - VideoL.CC.

    BalasHapus