Minggu, 13 Mei 2012

Sedikit Resensi : Bidadari Bidadari Surga Tere-Liye


KEPAKAN SAYAP
BIDADARI BIDADARI SURGA

Judul Buku                : Bidadari-Bidadari Surga
            Pengarang                 : Tere-Liye
            Penerbit                    : Republika
            Tahun terbit               : Cetakan IV Agustus 2009
Ukuran buku             : 20.5 x 13.5 cm
Jumlah halaman         : 368
Harga                        : Rp 47.500,00
           

Tere-Liye adalah sebuah nama yang diambil dari bahasa India yang berarti “untuk-mu” nama aslinya adalah Darwis. Tere-Liye lahir 21 Mei 1979. Lelaki yang juga dosen ini telah menulis novel yang tak jarang menjadi best seller di Indonesia seperti Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah dan Bidadari-Bidadari Surga ini adalah salah satu dari 10 karyanya.  
Cerita ini dimulai dari kehidupan lima bersaudara yaitu Laisa, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta di Lembah Lahambay bersama Mamak Lainuri. Setelah ayah mereka meninggal, Laisa yang bukan anak kandung Mamak mengabdikan hidupnya untuk adik-adiknya dan lembah Lahambay. Dalimunte yang menjadi seorang Professor, Ikanuri dan Wibisana yang memiliki perusahaan spare part terkenal, dan Yashinta yang menjadi ilmuan tak luput dari figure seorang Laisa . Sungguh janji-janji kehidupan yang lebih baik itu kini tak hanya sebatas mimpi. Laisa sendiri telah mengubah lembah itu menjadi perkebunan strawberry dan membuat kehidupan di lembah Lahambay menjadi lebih baik.
Kisah-kisah perjuangan hidup Laisa diungkapkan secara memukau dalam 44 bab. Di dalamnya menggambarkan peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di lembah itu karena tekad dan perjuangan Laisa. Seperti pada bab Lima Kincir Air pada bab ini mengisahkan tentang keberanian Laisa mendukung ide Dalimunte yang waktu itu masih SD untuk mendirikan kincir air di atas bukit cadas setinggi 5 meter. Ide yang ditolak oleh seluruh penghuni lembah, ia meyakinkan mereka tak peduli oleh rasa gugup dan gentarnya. Ia telah bertekad Laisa tak akan membirkan adik-adiknya kecewa dan malu, jika ada yang harus meresa kecewa dan malu itu adalah ia, bukan adik-adiknya. Adik-adiknya berhak atas masa depan yang lebih baik daripada dirinya (hal. 92)
Begitu banyak masalah yang harus dihadapi Laisa, mulai dari tak seorang pun yang mau menikahinya, gunjingan orang-orang tentang ia yang dilintasi adik-adiknya, tentang penyakit kanker yang di deritanya dan masih banyak lagi dan semua itu hanya dijawab Laisa dengan senyuman dan keyakinan bahwa hidup, mati, dan jodoh ada di tangan Allah. Ya, Laisa tak pernah keberatan dengan takdir kehidupannya (hal. 221)
Selain itu novel ini juga mengandung nilai-nilai kehidupan yang patut dijadikan teladan. Seperti novel-novel Tere sebelumnya, pembaca seolah-olah diberi pelajaran untuk selalu ikhlas, tabah, dan kuat dalam menjalani kehidupan. Dalam penggunaan bahasa yang komunikaif itu pula ia juga mengajarkan kita untuk selalu bekerja keras dan menghargai arti pentingnya sekolah dan pendidikan. Selain itu, Tere juga menyelipkan potongan-potongan ayat suci Al Quran di dalam novel-novel yang ditulisnya.
Meski banyak hal-hal yang menarik dari novel ini, terdapat beberapa hal yang mungkin membuat pembaca merasa bingung dan tak mengerti apa yang akan disampaikan oleh Tere. Alur maju mundur yang jarak diantaranya terlalu cepat membuat pembaca kebingungan memahami isi dan tak jarang untuk menengok kembali cerita di bab sebelumnya. Makna dari bidadari-bidadari surga pun menimbulkan banyak tafsiran karena hanya di ungkapkan pada akhir novel ini.
Diantara sekian banyak novel yang beredar di tanah air, Tere berhasil menyuguhkan Bidadari-Bidadari Surga ini dengan sederhana. Akan tetapi, dalam kesederhanaan itu mengajarkan kita bahwa kemiskinan dan cobaan hidup tidak membuat kita menyerah, namun justru menambah semangat untuk berusaha lebih keras di samping berdoa dan beribadah. Selain itu, dalam rangkaian cerita realistis, mengharukan, dan indah inilah akan terlihat betapa kebahagiaan tak diukur dari diri sendiri tapi kebahagiaan adalah membuat orang yang kita sayangi bahagia karena perjuangan kita. Oleh karena itu, novel ini cocok dibaca oleh semua kalangan terutama mereka yang ingin mengerti makna sesungguhnya dari kasih sayang.

2 komentar:

  1. yakin beliau lahir di bandung? Ada yg bilang di palembang lho..

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah,, maaf kalau saya salah,,,
      terimakasih atas kritikannya,,,
      tulisan ini termasuk tulisan lama, saya lupa sumbernya.
      sekali lagi terimakasih

      Hapus