“Menulis Indonesia bagaikan mengisahkan seklumit misteri yang rumit sekaligus menantang. Tak ubahnya mengupas sebiji bawang. Lapisan demi lapisan menguak sejarah, namun begitu terkuak mata kita perih karenanya. Tapi, biarlah mata ini perih. Yang terutama adalah saya berusaha mengelupasi lapisan-lapisan Indonesia.” Ahmad Yunus
|
Cover Depan Meraba Indonesia |
Ah aku tak menulis sebuah resensi buku yang syarat akan pedoman kebahasaan yang cukup rumit. Kali ini aku mengangangkat “review” dengan difinisiku sendiri. Buku “Meraba Indonesia”, kali ini juga bukan novel-novel seperti sebelumnya tapi sebuah buku yang berisi catatan ekspedisi dua wartawan mengelilingi nusantara.
Bagaimana aku memulainya? Hanya dengan melihat cover buku ini sebelum membelinya aku sudah merasa tertarik. Menumbuhkan pertanyaan bagaimana sebenarnya Indonesia itu yang terkenal dari Sabang sampai Merauke? Bagaimana kondisi ribuan pulau lain? Bahkan bagaimana dan apa itu pulau Sabang dan Merauke? Apakah sama dengan apa yang kita banggakan dari lagu-lagu nasional yang terus saja dinyanyikan dengan megahnya? Kekayaannya? Namun, terbesit pertanyaan bagaimana Indonesia itu sesungguhnya?
Buku ini ditulis oleh salah satu wartawan yang melakukan ekspedisi tersebut. Ahmad Yunus. Setelah hampir setahun perjalanannya mengelilingi nusantara, tahun 2011 buku ini dicetak dan diterbitkan oleh Serambi Ilmu Semesta dengan jumlah halaman 376.
Sungguh dari tulisan seorang wartawan seperti Ahmad Yunus, kita seolah-olah mulai mengenal Indonesia yang sesungguhnya. Saat kita tinggal di Jawa, seolah-olah gemerlap kehidupan ini adalah Indonesia. Namun, saat kita melihat keluar, Indonesia merupakan negara “kaya” yang syarat akan berbagai masalah pelik kehidupan. Dari tulisannya, kita akan belajar untuk mengenali Indonesia, negara yang kita banggakan dan tanah air nusantara kita. Indonesia tergambar “lebih dekat”, dari pulau ke pulau dari suku ke suku dari bahasa ke bahasa, dan dari cerita ke cerita “apa adanya” dari rakyat biasa yang menggugah hati pembaca.
Bersama wartawan senior (Farid Gaban), Ahmad Yunus mengelillingi Indonesia dengan menggunakan sepeda motor dan penuh resiko. Dia membagi pengalaman dari berbaga wilayah Indonesia yang bahkan jauh dari pemikiran kita. Berbagai kisah menyentuh dan berbagai kisah perjuangan mewarnai setiap sudut nusantara. Dan dari buku ini, terdapat harapan yang ditanamkan pada benak kita yaitu “mengenal lebih dekat, lebih rekat... mencintai Indonesia apa adanya.” Selamat membaca dan semoga nasionalime kalian membara sepeti “api” yang kan menerangi dan menjadi energi di setiap sudut nusantara, bukan “api” yang kan menghancurkan tanah kita tercinta.