For Haru, About Fourbirthday Wishes!
[Diikutkan dalam lomba ultah ke-4 Penerbit Haru]
Haru duduk termenung menatap layar notebooknya. Ia membuka berbagai halaman webnya baik twiiter, facebook, Instagram, dll. Hari ini adalah ulang tahunnya.
“Ya Tuhan, aku masih ingat pertama kali aku dilahirkan, pertama kali aku melihat senyuman orang-orang yang menyayangi dan memeliharaku, aku benar-benar tak menyangka mendapatkan kasih sayang seperti ini”, Haru mengusap air mata yang menetes lembut di atas bulunya. Bulu? Haru bahkan sampai lupa kalau dia hanya itik buruk rupa, tapi kehidupannya selama empat tahun ini telah membuatnya berubah menjadi angsa. Angsa? Tidak-tidak jangan salah sangka dulu. Haru adalah ayam!
Awalnya Haru kira deretan angka itu hanya bilangan tak bermakna. Tapi ia kini menyadari bahwa angka tersebut adalah nafas yang membuatnya hidup. Nafas yang mendekatkannya dengan orang –orang di penjuru Indonesia, atau bahkan dunia? Haru tertawa sendiri memikirkannya. Tapi Haru juga berhak bermimpi kok untuk mendunia! Haru kembali membaca ucapan-ucapan itu sambil mengucapkan kata amin di setiap akhir kalimat, sambil tersenyum di setiap baris, dan tak jarang air mata membasahi bulunya (lagi).
Haru bertanya, “apakah ini nyata? Apakah aku nggak bermimpi?” ia menepuk-nepuk pipinya, bahkan sesekali mencabut bulunya agar sadar dari mimpi. Tapi ini bukanlah mimpi! Liat aja tuh hampir separuh bulu Haru tercabut sampai ke akar-akarnya. Haru nggak percayaan sih!
Malam itu Haru terus mengaduk-aduk halaman miliknya, bahkan ia sampai tak menyadari bawa hari telah berganti, Matahari sampai terkejut melihat Haru yang mendahuluinya bangun. Tumben, biasanya kan Haru bangunnya kesiangan!
“Kok kamu uda bangun sih, tumben !” Matahari protes ada yang mencuri start.
“Aku belum tidur, jadi hari ini masih ulang tahunku! aku nggak mau hari spesial berlalu begitu aja!” Haru nggak mau kalah.
“Lewat tangah malam tadi uda ganti hari, sadar dong, masak uda lebih tua satu hari masih aja ngaku empat tahun. Harusnya kalau kamu bilang kemarin itu spesial, hari ini lebih spesial lagi dong. Harus siap dengan rencana-rencana dan resolusi baru! Masak mau gitu-gitu aja!” Matahari menasehati Haru.
“Eh, kamu pinter juga ya. Benar, aku harus menjadi lebih baik dan membuat orang-orang yang menyayangiku semakin sayang padaku dan yang belum, jadi sayang padaku deh!” mata Haru berbinar, ia lalu mematikan notebooknya. Haru kemudian berbaring di tempat favoritnya dan memejamkan mata.
“Eh kok malah bobo?” Matahari protes.
“Lah, kan aku belum bobo dari semalam, jadi hari ini masih hari ulang tahunku, kudu bobo dulu biar umurnya nambah sehari. Hehe…”
“EEHHHHH!”
Haru pun terlelap dengan senyuman di wajahnya, mengingat perjaanannya selama ini, dan berharap melihat harapan-harapannya untuk kedepannya.
“Ya Tuhan, aku masih ingat pertama kali aku dilahirkan, pertama kali aku melihat senyuman orang-orang yang menyayangi dan memeliharaku, aku benar-benar tak menyangka mendapatkan kasih sayang seperti ini”, Haru mengusap air mata yang menetes lembut di atas bulunya. Bulu? Haru bahkan sampai lupa kalau dia hanya itik buruk rupa, tapi kehidupannya selama empat tahun ini telah membuatnya berubah menjadi angsa. Angsa? Tidak-tidak jangan salah sangka dulu. Haru adalah ayam!
Awalnya Haru kira deretan angka itu hanya bilangan tak bermakna. Tapi ia kini menyadari bahwa angka tersebut adalah nafas yang membuatnya hidup. Nafas yang mendekatkannya dengan orang –orang di penjuru Indonesia, atau bahkan dunia? Haru tertawa sendiri memikirkannya. Tapi Haru juga berhak bermimpi kok untuk mendunia! Haru kembali membaca ucapan-ucapan itu sambil mengucapkan kata amin di setiap akhir kalimat, sambil tersenyum di setiap baris, dan tak jarang air mata membasahi bulunya (lagi).
Haru bertanya, “apakah ini nyata? Apakah aku nggak bermimpi?” ia menepuk-nepuk pipinya, bahkan sesekali mencabut bulunya agar sadar dari mimpi. Tapi ini bukanlah mimpi! Liat aja tuh hampir separuh bulu Haru tercabut sampai ke akar-akarnya. Haru nggak percayaan sih!
Malam itu Haru terus mengaduk-aduk halaman miliknya, bahkan ia sampai tak menyadari bawa hari telah berganti, Matahari sampai terkejut melihat Haru yang mendahuluinya bangun. Tumben, biasanya kan Haru bangunnya kesiangan!
“Kok kamu uda bangun sih, tumben !” Matahari protes ada yang mencuri start.
“Aku belum tidur, jadi hari ini masih ulang tahunku! aku nggak mau hari spesial berlalu begitu aja!” Haru nggak mau kalah.
“Lewat tangah malam tadi uda ganti hari, sadar dong, masak uda lebih tua satu hari masih aja ngaku empat tahun. Harusnya kalau kamu bilang kemarin itu spesial, hari ini lebih spesial lagi dong. Harus siap dengan rencana-rencana dan resolusi baru! Masak mau gitu-gitu aja!” Matahari menasehati Haru.
“Eh, kamu pinter juga ya. Benar, aku harus menjadi lebih baik dan membuat orang-orang yang menyayangiku semakin sayang padaku dan yang belum, jadi sayang padaku deh!” mata Haru berbinar, ia lalu mematikan notebooknya. Haru kemudian berbaring di tempat favoritnya dan memejamkan mata.
“Eh kok malah bobo?” Matahari protes.
“Lah, kan aku belum bobo dari semalam, jadi hari ini masih hari ulang tahunku, kudu bobo dulu biar umurnya nambah sehari. Hehe…”
“EEHHHHH!”
Haru pun terlelap dengan senyuman di wajahnya, mengingat perjaanannya selama ini, dan berharap melihat harapan-harapannya untuk kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar