Rabu, 05 April 2017

Museum Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita; Sebuah Makna di Balik Hari Ibu


“Terlahir sebagai seorang wanita, bersamaan dengan itu pulalah terlahir juga bersamanya kewajiban untuk menjaga...”
~AI~

Kalimat saya terhenti, menjaga apa?

Dan saya membiarkan pertanyaan itu menggantung di benak masing-masing manusia yang terlahir sebagai wanita. Sebanyak apapun tulisan saya, kalimat itu tidak akan pernah terselesaikan seperti layaknya kasih sayang ibu. Seperti layaknya air yang mengalir, roda yang berputar, tidak akan pernah berhenti sampai kewajibannya terpenuhi.

Senin yang sepi, hari liburan saya yang berharga saya habiskan dengan berjalan-jalan di museum. Setelah dua tahun, saya baru bisa ke Museum Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita sekarang (2017).  Museum ini lokasinya ada di JL. Adisucipto No. 88, kompleks Gedung Mandala Bakti Wanitatama tepatnya di Gedung Srikandi.
Pembangunan monumen ini ditugaskan kepada Yayasan Hari Ibu. Peletakan batu pertama bersamaan dengan peringatan seperempat abad kesatuan pergerakan wanita Indonesia tanggal 22 Desember 1953. Pembangunan dilakukan secara bertahap dan diresmikan pada tanggal 22 Desember 1983. Hampir tiga puluh tahun dan selama itu pulalah gedung ini menjadi saksi bisu perjuangan para wanita Indonesia untuk menegakkan hak-haknya sebagai manusia. Gedung Srikandi merupakan gedung pertama yang dibangun dan juga merupakan gedung yang memiliki sejarah panjang terkait dengan pergerakan wanita

Halaman Depan Museum 
Masuk ke dalam museum, saya langsung berhadapan dengan wanita yang selalu menjadi figur perjuangan wanita dalam memperoleh haknya. Benar, wanita itu adalah Ibu Kita Kartini. Tiba-tiba saja saya sudah menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini, tentunya dalam hati saya, hehe. Lukisan yang di lukis dengan aura yang memancarkan kehangatan. Saya merinding berhenti di tengah museum ini sambil mendengarkan cerita teman saya terkait dengan sejarah wanita. Dia fasih sekali, membuat saya mengeluarkan kertas untuk mencatat, telinga untuk mendengar lebih ekstra, mata untuk menangkap setiap momennya, dan hati untuk memahami maknanya. Ecieyeh, saya menjadi melow ketika masuk ke museum . BTW, saya tidak akan menceritakan semuanya loh sini. Hal ini karena satu, saya banyak yang lupa. Dua, karena banyak sekali, bayangkan dari sejarah awal terbentuk organisasi di Indonesia jamannya Budi Oetomo (kalau wanita namanya Wanita Oetomo, nah loh baru tahu kan? Atau saya saja yang kuper?) sampai dengan sekarang. Itu kalau saya tulisakan semuanya bisa lulus S3 jurusan ilmu sejarah kali ya. Jadi, jangan berharap banyak, kalau ingin banyak datang sendiri saja untuk meminta penjelasan dari edukatornya. Hoho

Foto Ki Hajar dan Nyi Hajar Dewantara
Saya baru tahu setelah datang ke museum ini terkait dengan Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember. Hai sobat pencinta streaming dan browsing, silahkan googling terkait dengan hari Ibu ini. Saya dari awal tidak terlalu peduli dengan hari Ibu yang jatuh tanggal 22 Desember. Saya bukan tipe anak yang menyiapkan kado spesial buat ibu kita di hari itu, karena hari kasih sayang buat ibu kita sepanjang masa, tak terhingga, jadi nggak harus hari itu. Jadi 22 Desember ini secara umum adalah hari atau tanggal dimana wanita mulai bergerak untuk menyuarakan haknya di berbagai bidang terutama pendidikan mengingat Ibu adalah tempat pendidikan pertama bagi anak-anaknya. Banyak kegiatan dan kongres (Kongres pertama 22 Desember 1928 di Yogyakarta) yang dilakukan pada tanggal 22 Desember sebagai wujud eksistensi wanita dalam upaya memperjuangkan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Jadi tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari Ibu tidak hanya sebatas hari kasih sayang terhadap ibu kita tapi memiliki makna yang mendalam terutama bagi sejarah perjuangan wanita. But so far so good, saya tidak menyalahkan loh ya kalau temen-temen merayakannya, itu kebebasan dan wujud rasa hormat kita pada Ibu. Hanya saja cukup saya saja yang minim pengetahuan. Jadi jangan jadi orang bodoh seperti saya. Saya jadi membenarkan manfaat lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Hehe...

Tokoh yang diangkat di museum ini tidak banyak. Hanya ada 12 Srikandi yang diakui di Indonesia dari sekian ratus pahlawan di Indonesia. Semuanya keren-keren, jangan tanya kenapa, tapi mereka adalah sumber inspirasi untuk para wanita dan bahkan pria. Selain sejarah wanita –wanita keren ini, ada banyak koleksi lain yang disajikan di museum ini terutama terkait dengan organisasi-organisasi wanita yang ada di Indonesia, mulai dari panji-panji hingga seragamnya semua lengkap. Jadi jangan ragu-ragu untuk mencari inspirasi sehingga terinspirasi dan akhirnya menjadi inspirator seperti beliau-beliau ini.

Tiket masuk museum Rp 2000,- sangat murah mengingat ilmu yang kita dapatkan.

Terimakasih!
Mari berkunjung ke Museum!
Salam sahabat Museum!

Museum di Hatiku!

Special thank to : Edukator Museum Indri Prastyawati (Baju Putih)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar