“Terlahir sebagai seorang wanita, bersamaan dengan itu
pulalah terlahir juga bersamanya kewajiban untuk menjaga...”
~AI~
Kalimat saya terhenti, menjaga apa?
Dan saya membiarkan pertanyaan itu menggantung di benak
masing-masing manusia yang terlahir sebagai wanita. Sebanyak apapun tulisan
saya, kalimat itu tidak akan pernah terselesaikan seperti layaknya kasih sayang
ibu. Seperti layaknya air yang mengalir, roda yang berputar, tidak akan pernah
berhenti sampai kewajibannya terpenuhi.
Pembangunan monumen ini ditugaskan kepada Yayasan Hari Ibu. Peletakan batu pertama bersamaan dengan peringatan seperempat abad kesatuan pergerakan wanita Indonesia tanggal 22 Desember 1953. Pembangunan dilakukan secara bertahap dan diresmikan pada tanggal 22 Desember 1983. Hampir tiga puluh tahun dan selama itu pulalah gedung ini menjadi saksi bisu perjuangan para wanita Indonesia untuk menegakkan hak-haknya sebagai manusia. Gedung Srikandi merupakan gedung pertama yang dibangun dan juga merupakan gedung yang memiliki sejarah panjang terkait dengan pergerakan wanita
Halaman Depan Museum |
Masuk ke dalam museum, saya langsung berhadapan dengan
wanita yang selalu menjadi figur perjuangan wanita dalam memperoleh haknya. Benar,
wanita itu adalah Ibu Kita Kartini. Tiba-tiba saja saya sudah menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini, tentunya dalam hati saya, hehe. Lukisan yang di lukis dengan
aura yang memancarkan kehangatan. Saya merinding berhenti di tengah museum ini
sambil mendengarkan cerita teman saya terkait dengan sejarah wanita. Dia fasih
sekali, membuat saya mengeluarkan kertas untuk mencatat, telinga untuk
mendengar lebih ekstra, mata untuk menangkap setiap momennya, dan hati untuk
memahami maknanya. Ecieyeh, saya menjadi melow ketika masuk ke museum . BTW,
saya tidak akan menceritakan semuanya loh sini. Hal ini karena satu, saya
banyak yang lupa. Dua, karena banyak sekali, bayangkan dari sejarah awal
terbentuk organisasi di Indonesia jamannya Budi Oetomo (kalau wanita namanya
Wanita Oetomo, nah loh baru tahu kan? Atau saya saja yang kuper?) sampai dengan
sekarang. Itu kalau saya tulisakan semuanya bisa lulus S3 jurusan ilmu sejarah
kali ya. Jadi, jangan berharap banyak, kalau ingin banyak datang sendiri saja
untuk meminta penjelasan dari edukatornya. Hoho
Foto Ki Hajar dan Nyi Hajar Dewantara |
Saya baru tahu setelah datang ke museum ini terkait dengan
Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember. Hai sobat pencinta streaming dan browsing, silahkan googling terkait dengan hari Ibu ini. Saya dari awal tidak
terlalu peduli dengan hari Ibu yang jatuh tanggal 22 Desember. Saya bukan tipe
anak yang menyiapkan kado spesial buat ibu kita di hari itu, karena hari kasih
sayang buat ibu kita sepanjang masa, tak terhingga, jadi nggak harus hari itu.
Jadi 22 Desember ini secara umum adalah hari atau tanggal dimana wanita mulai
bergerak untuk menyuarakan haknya di berbagai bidang terutama pendidikan
mengingat Ibu adalah tempat pendidikan pertama bagi anak-anaknya. Banyak
kegiatan dan kongres (Kongres pertama 22 Desember 1928 di Yogyakarta) yang
dilakukan pada tanggal 22 Desember sebagai wujud eksistensi wanita dalam
upaya memperjuangkan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Jadi tanggal 22
Desember diperingati sebagai hari Ibu tidak hanya sebatas hari kasih sayang
terhadap ibu kita tapi memiliki makna yang mendalam terutama bagi sejarah
perjuangan wanita. But so far so good, saya tidak menyalahkan loh ya kalau
temen-temen merayakannya, itu kebebasan dan wujud rasa hormat kita pada Ibu.
Hanya saja cukup saya saja yang minim pengetahuan. Jadi jangan jadi orang bodoh
seperti saya. Saya jadi membenarkan manfaat lebih baik terlambat daripada tidak
sama sekali. Hehe...
Tokoh yang diangkat di museum ini tidak banyak. Hanya ada 12 Srikandi yang diakui di Indonesia dari sekian ratus pahlawan di Indonesia.
Semuanya keren-keren, jangan tanya kenapa, tapi mereka adalah sumber inspirasi
untuk para wanita dan bahkan pria. Selain sejarah wanita –wanita keren ini, ada
banyak koleksi lain yang disajikan di museum ini terutama terkait dengan
organisasi-organisasi wanita yang ada di Indonesia, mulai dari panji-panji
hingga seragamnya semua lengkap. Jadi jangan ragu-ragu untuk mencari inspirasi
sehingga terinspirasi dan akhirnya menjadi inspirator seperti beliau-beliau ini.
Tiket masuk museum Rp 2000,- sangat murah mengingat ilmu
yang kita dapatkan.
Terimakasih!
Mari berkunjung ke Museum!
Salam sahabat Museum!
Museum di Hatiku!
Special thank to : Edukator Museum Indri Prastyawati (Baju Putih) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar