Jumat, 21 Juli 2017

Baron Techno Park; Liburan Mahal

Sunset dari Atas Jam Matahari



Let everything go, cuz from the start it they do not belong to you
AI 17072017

Uwaaaaaa, saya mau curhat!
Seperti biasa Senin saya kembali datang, itu berarti liburan! Yee, bahagianya saya jika liburan saya jatuh pada hari Senin dan teman kencan saya juga senasip sama saya. Jadi walau sepi dan yang lain mulai beraktivitas, kami bisa tetap liburan. Hehehe.

Senin ini saya pergi berkunjung ke Baron Technopark yang ada di Gunung Kidul. Tepatnya berlokasi di Kanigoro, Sapto Sari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Paling gampangnya, sebelum Pantai Baron kita tetap lurus aja ke arah kanan, nanti ada petunjuk arah belok ke kiri yang langsung ke lokasi. Ini kali kedua niat saya ke sini. Dulu pernah niatan ke sini tapi saya belokan ke mercusuar yang ada di sebelah Pantai Baron juga. Jalan lainnya (ini jalan yang saya tempuh) adalah lewat Playen. Searah ketika kita akan ke Air Terjun Srigetuk, lurus saja menuju arah ke Pantai Ngobaran dan setelahnya mengikuti petunjuk arah ke Pantai baron. Intinya, lokasi ini mudah di jangkau karena informasi dan letak geografisnya yang mudah dicari.

Saya berangkat dari rumah jam dua siang. Butuh waktu dua jam sebelum kami sampai di Baron Technopark ini. Perjalanan kami cukup ngebut mengingat beberapa kali kami harus berhenti di pinggir jalan. Penyakit perjalanan saya kumat yaitu ngantuk di jalan. Terlebih lagi jam tidur siang sehingga seringlah kami berhenti untuk mengistirahatkan saya. Jam empat lebih barulah kami sampai setelah bermotoGP di jalan luas, halus nan sepi yang membentang di sepanjang jalur selatan.

Jam Matahari di Baron Technopark
Baron Technopark adalah suatu kawasan wisata edukasi dan pengembangan energi baru terbaharukan. Tidak hanya bisa menikmati keindahan alam pantai Gunungkidul, di sini wisatawan juga bisa melihat berbagai pengambangan energi yang dapat diperbaharu. Di sini kita bisa melihat dua turbin pembangkit tenaga listri tenaga angin. Selain itu ada juga pembangkit listrik tenaga surya dan juga pembangkit listrik tenaga gelombang. Panel-panel surya tertanam luas di areal Baron Technopark ini dengan jumlah yang cukup banyak. Tidak hanya itu di sini juga ditanam tanaman energi(saya nggak tahu nama tanamannya ya), kebun buah naga dan beberapa bangunan yang berfungsi sebagai ruang kontrol dan juga unit pengelohan energi biofuel. Saya tidak banyak memperhatikan yang lain mengingat saya ke sana sudah sore. Kawasan ini terbuka umum mulai dari jam 06.00 sampai dengan 18.00. Sebagai bonus jika berkunjung ke sini adalah keberadaan jam matahari. Jam matahari ini menjadi salah satu tempat top selfie yang banyak dicari pengunjung termasuk saya. Saya penasaran ingin melihat jam matahari secara langsung dan di Baron Technopark ini angkanya terbalik. Jadi angkanya tidak searah jarum jam namun berlawanan dengan arah jarum jam. Jelaskan ya, kalau pagi matahari muncul dari timur sehingga bayangan di bagian baratnya sehingga terbaik arahnya. 

Sampai di sini yang saya lakukan pertama kali adalah berbaring di atas cor-coran semen disebelah jam matahari. Jujur, karena mata saya masih lengket, punggung pegal karena perjalanan, anginnya cukup kencang dan cuaca sore itu cukup mendung saya akhirnya memilih untuk tiduran. Toh, sunset masih satu-satusetengah jam lagi. Kami merebahkan badan kami sebentar sambil menikmati jalinan awan tipis di langit-langit. Wah sempurna lagi kalau ditambah ost kali ya. Pikir saya. Hehehe.

Akhirnya setelah badan kami sudah cukup menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang sedikit tidak bersahabat kami mulai mengumpulkan niat untuk berfoto-foto. Bekal fotografi kami cukup lengkap, dan mulailah kami narsis sana dan sini sampai akhirnya DUAKKK...
OH GOD!

Saya berteriak dan mengampiri kamera kami yang kini sedang tengkurap tidak berdaya. Saya meraihnya dan menatapnya penuh duka. Oh pacarku satu ini kenapa harus begini. Awalnya kami sempat berfikir resiko dan juga kemungkina terburuk saat memakai tripod. Angin sore ini begirtu kencang dan kami sudah memprediksi angin ini cukup kuat untuk menjungkirbalik kan tripod kami dan ternyataaaa.... benar. Pinkik saya kali ini memakan korban. Bodynya baik-baik saja tapi lensa mirrorless 16-55mm kami menjadi saksinya.

Senja sore itu sangat indah. Harapan kami yang tadinya sempat pupus saat mendung mengantung di langit terhapuskan. Tapi sebagai gantinya, mendung di hati kami yang mengantung dengan tidak pasti. Kami menikmati senja sore itu dengan perasaan 50;50 antara senang dan juga susah mengingat nasip lensa kamera kami. Ya Allah... senja sore itu sangat indah. Seindah kenangan yang sangat berkesan ini. Kami akhirnya memutuskan langsung mengopnam lensa ini dan berangkatlah kami ke Bantul. Kami memacu kendaraan kami melalui jalur selatan, mengarah ke Parangtritis barulah menuju utara. Yah, perjalan 140km yang sangat berharga.

Ya, semua perjalanan ada harganya. Baik murah ataupun mahal sama saja. Semuanya berkesan dan tidak membuat kita urung untuk melakukannya lagi dan lain kali. Kami hanya tersenyum saja saat mengingat kejadian ini sambil berdoa agar yang sakit tidak parah dan bisa kembali normal. Amin.

Oke, semangat selalu buat liburan dan...
Always happy holiday!

Ini Foto Terakhir sebelum Tragedi Kamera


Jangan Kapok Piknik!!

2 komentar:

  1. Duh, domisili Jogja tapi belum sempet ke Baron Techno Park...
    Btw, turut berduka untuk kameranya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kakak. Lelah kalau "ngelengke"kesana aja. Dl pas mau ke sana di bilang ujungnya patah itu. Jd gagal jalan.
      Kameranya terselamatkan
      Langsung dilarikan ke Bantul.

      Hapus