Hehehe, kali ini aku mau sombong sedikit dah (peace!)
Bapak, Ayah, atau Uri Appa adalah sosok bapak yang luar
biasa....
Why? Karena dia
Bapakku....!
Hahahahahaahahaha...ups... oke! Nggak OOT lagi....
Beliau lahir 59 tahun silam di pelosok desa di Kabupaten
Boyolali tepatnya tanggal 10 November 1953. Nama kecil beliau Wagiman, namun
setelah menikah dengan Mamak beliau dikenal dengan nama Marnodiharjo. Bapak
adalah anak kedua dari empat bersaudara yang kini bersama kakak beliau tinggal
di daerah rawan bencana Gunung Merapi tepatnya di dusun Gambretan, Umbulharjo,
Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Kedua adiknya hidup secara terpisah yaitu di
Kalimantan dan adik perempuan satu-satunya tinggal di daerah Pemalang Jawa
Tengah.
Membicarakan masalah pendidikan, Bapakku tercinta ini hanya
mengenyam pendidikan hingga bangku SD. Belum sempat beliau mendapatkan ijazah
kelulusannya, Bapak terpaksa harus meninggalkan bangku pendidikan. Kedua orang
tuanya atau Nenek dan Kakekku meninggal dunia. Apa yang akan diperbuat oleh
seorang anak yang menjadi yatim piatu dan harus mengurusi kedua adik-adiknya
yang masih kecil? Sekolahkah? Lalu siapa yang akan memberinya dan adik-adiknya
makan? Sepertinya sekolah hanya menjadi harapan dan mimpi Bapak belaka.(nangis ndandak saat ingat sekolahku yang malesnya pooll)
Bapak yang waktu itu masih kecil akhirnya hidup
berpindah-pindah dari ladang ke ladang mencari sisa panenan warga, rumah ke
rumah menjadi anak angkat banyak orang. Tak heran ketika kini lebaran datang,
Bapak mengajak kami ke rumah nenek atau kakek kami yang bahkan tak memiliki
ikatan darah sekalipun. Tapi merekalah Nenek dan Kakek yang menjadi salah satu
aktor penting dalam kehidupan Bapak sampai akhirnya perantauan Bapak berhenti
di dusun ini dan bertemu dengan Mamak.
Keluarga baru inilah terbentuk dan anak pertama mereka
lahir, laki-laki. Kehidupan Bapak masih saja penuh dengan perjuangan panjang.
Berbagai pekerjaan bapak jalani untuk keluarganya sekarang. Kerja keras dan
kegigihan adalah kunci bertahan hidup Bapak demi istrinya, demi anaknya...
Tahun 1990an, seolah matahari itu terbit di langit-langit
mimpi Bapak. Kedatangan tenaga ahli asing di daerah tempat tinggal bapak seolah
membawa secercah harapan Bapak, mimpi Bapak yang sudah lama ia lupakan. Bapak
yang waktu itu masih seorang buruh tani akhirnya ikut belajar dengan seorang
Taiwan. Di sinilah bapak mendapatkan ilmu baru, tanaman baru yang menjanjikan:j amur.
Seolah-olah gairah akan mengenyam pendidikan yang diinginkan Bapak selama ini
Beliau curahkan sepenuhnya di sini. Belajar dan belajar dari kesalahan dan
menjadi pengalaman.
Tahun-tahun itu berlalu, setelah sempat Bapak kehilangan
anak keduanya akibat kegugurannya Mamak, lahirlah seorang anak perempuan pada
tahun 1992. Membuat bapak kembali bersemangat untuk senantiasa bekerja keras
hingga akhirnya tahun 1998, Bapak mampu mendirikan usahanya sendiri ketika izin
tenaga ahli itu dicabut dan berdirilah usaha tani Jamur lancar milik Bapak.
Kehidupan Bapak semakin kemari semakin terangkat. Masalah
ekonomi bukan lagi menjadi hambatan yang barati. Usaha Jamur masih sangat asing
dan jarang pada waktu itu hingga pernah suatu kejadian Jamur hasil produksi
Bapak terpaksa dibuang karena tidak ada seorangpun yang mau membelinya. Bahkan
pemberian pun mereka tolak. Namun semua itu tinggalah cerita, Kini usaha jamur
yang dulu pernah di rintis Bapak bersama seorang Taiwan itu menjadi salah satu
komoditas ekonomi yang ada di berbagai pulau di Indonesia ini. Hebat? Ah,
Bapak tidak pernah sekalipun berbangga atas hal itu. Ini buka hanya karena
kerja kerasnya sendiri.
Pasang surut usaha yang dijalani Bapak dianggapnya seperti
angin lalu, roda yang berputar, sehingga dalam kurun waktu kurang lebih 20
tahun, Bapak masih bertahan pada usaha yang menghidupinya selama ini. Banyak
yang gulung tikar, banyak yang mencari usaha lain, banyak yang datang dan
begitu pula banyak yang pergi. Tapi Bapak masih bertahan pada usaha yang
mengangkat hidup beliau. Kini asal beliau tetap bertahan untuk tetap hidup
dibidangnya itu sudah cukup untuk menghidupi semua keluarganya.
Ah, berbicara tentang Mimpi Bapak, sekolahan yang diimpikan
bapak kini terlihat didepan mata. Di dalam mata anak-anaknya. Melihat masa
depan yang lebih baik dari mata anak-anaknya seolah cukup untuk membuat hatinya
lega. Mimpi bapak telah berubah ketika kedua anaknya lahir, setidaknya mereka
berdua mengenyam pendidikan yang layak dan tidak pernah merasakan beratnya
hidup Bapak. Bapak saja sudah cukup, setidaknya kalian lebih baik dari Bapak.
Jalan kalian lebih panjang, lebih lebar, dan lebih penuh dengan mimpi-mimpi
yang bisa kalian raih asal kalian mampu dan berkerja keras...
Lalu Bapak dan Mamak sambil tersenyum bangga hanya ingin melihat
kesuksesan anak-anaknya dari sini, rumah
ini...tempat anak-anak itu selalu di terima dengan kelapangan hati....
Apa aku bangga dengan Bapak? Tentu saja Pak! Aku yang akan menjadi nomor satu fansmu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar