Penampakannya Telaga |
Penat! Minggu-minggu ujian, hahahaha… padahal ini semester akhir, ujian juga cuma satu mata kuliah. Haduh…
Yeah yang jelas aku ingin bermain dan berwisata lagi. Kali ini rencana urgent yang tercipta adalah Telaga Sarangan, Magetan, Jawa Timur. Jawa Timur men… hahaha padahal juga di kaki Gunung Lawu yang notabene paling deket dengan Jawa Tengah.
Kita sampai... foto dulu ya,,,, |
Awalnya liburan ini keluarga, tapi karena ganti kendaraan jadi masih sisa tempat dan aku mengajak tiga temanku. Semua yang serba dadakan ini akhirnya membuat mobil innova ini terisi tujuh orang. Aku, Angga, Ayah dan Ibu, Chan, Resya dan Dybora. Setelah dua orang sempat was-was di jalan karena motor mereka mogok akhirnya mobil mulai melaju. Kita berangkat! Berdoa.
Namanya anak penasaran, aku mencoba menggunakan GPS yang pada akhirnya nilai kebermanfaatanya justru lebih kecil dari repotnya kami jalan asal. Jalan Jogja-Solo oke, nah ketika kita sampai di Klaten dan Kota Solo baru deh, jalan-jalan membuat kami kebingungan dan sempet muter-muter di sana. Setelah sempat beristirahat, mengisi bensin, kami kembali melanjutkan perjalanan ke arah Karanganyar. Suasana kota sudah berganti menjadi rumah-rumah penduduk bercampur dengan pepohonan. Hawa sejuk mulai terasa dan beberapa menit kemudian kami sampai di Gerojogan Sewu. Tidak masuk sih karena sebagian besar dari kami pernah ke sana, kami mendinginkan kembali mobil yang sudah berjuang sekuat tenaga itu sampai ke sini. Hujan deras tiba-tiba mengguyur, sempat menciutkan niat kami untuk melanjutkan perjalanan ke arah Sarangan. Tapi sudah kepalang basah, kami akhirnya nekat.
Ternyata eh ternyata, di tempat yang lebih tinggi justru belum hujan. Sepanjang perjalanan ke arah Sarangan masih kering aspalnya. Kami sempat kebingungan karena jalan persimpangan yang tidak ada tandanya. Awalnya kami lurus, tapi akhirnya kami putar balik dan mengambil jalan kiri yang ada petunjuknya yang sangat kecil. Sempat sedikit kesal. Tapi kalian tau tidak? Ternyata mau jalan lurus atau ke kiri itu sama saja ujungnya satu jalan. Dari jalan lurus tadi ada pertigaan lagi dan salah satu jalurnya adalah tembusan kalau kita ambil yang jalur kiri. Benar-benar membuat seisi mobil terpenuhi oleh gelak tawa. Merasa dibodohi…
Perjalanan yang luar biasa menyaksikan karya manusia yang membelah pegunungan dan membuat jalan antar propinsi ini. Kanan kiri hutan masih alami dengan jalan aspal yang masih hitam dan lebar mulus. Pohon-pohon menjulang tinggi dengan suasana hutan yang pekat, membuatku tidak ingin satu detikpun melewatkan pemandangan ini. Jalan berkelak-kelok, melewati perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, kami melewati pos-pos pendakian Gunung Lawu seperti Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu. Setelah jalanan terjal kami akhirnya mulai menapakai jalan turun. Dari atas telaga sudah terlihat dan hanya tinggal waktu saja yang akan membawa kami ke sana.
Kabut...!!! |
Tiket masuk setiap orang Rp 7,500,- ditambah lagi parkir, restribusi mobil dan juga asuransi. Kami memasukki kawasan telaga dan memulai perjalanan kaki ke arah telaga. Kanan kiri jalan dipenuhi penjual berbagi souvenir dan juga hasil bumi. Ibu sudah tidak sabar untuk membeli sayuran. Ibu.. Ibu…
Kami sempat menyesal ketika melihat mobil ternyata boleh masuk (merasa dibodohi lagi oleh marka jalan), telaga ini terlalu jauh untuk di kelilingi dengan jalan kaki. Kami juga terlalu takut untuk bermain speedboat atau pun naik kuda hehe. Jadi kami jalan-jalan saja sedikit dan mengabadikannya lewat foto.
Analisis spasial kami mulai bermain dan mengomentari tata letak bangunan. Hahaha… pemandangan di telaga saragan sebenarnya indah. Telaga ini dipagari oleh pegunungan yang menjulang bagaikan lukisan alam. Cieh… tapi benar adanya kok, di tengah telaga juga ada pulau kecilnya, apalagi ditambah cuacanya juga sejuk dan masih dingin kas daerah pegunungan. Hanya saja kurangnya penataan pedagang-pedagang membuat suasananya terasa padat dan kurang alami. Tempat untuk menikmati pemandangan menjadi sedikit berkurang karena jarak pedagang dan juga telaga yang dekat.
Setelah berfoto-foto kami menyempatkan diri menikmati sate kelinci dan ayam di pinggir telaga. Di ujung telaga ini ada tulisan Telaga Pasir. Kami sempat kebingungan kenapa namanya bukan Telaga Sarangan. Ternyata itu adalah nama lain dari telaga ini yang erat kaitannya dengan cerita rakyat setempat mengenai asal muasal terbentuknya danau.
Kami memutuskan untuk mengakhiri kunjungan kami ke Sarangan dan kembali ke Karanganyar. Ibu dan Ayah sudah duluan dan membeli lima kilo bawang putih, mau dijadikan penangkal drakula ya Bu? Sebenarnya kami juga ingin ke air terjun di dekat telaga ini, tapi urung melihat cuaca yang mendung dan kabut yang pekat. Takutnya arus air menjadi lebih deras, jadi kami kembali menelusuri hutan kembali lebih dekat ke Jogja. Lets Go!
Bukan mengenang masa muda, tapi menikmati masa tua kan ya Yah, Bu? |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar