Minggu, 11 Maret 2012

Meneropong Alam dari Puncak Suroloyo

Jalan Menuju Puncak Suroloyo
Tujuan perjalananku selanjutnya adalah Puncak Suroloyo. Perjalanan kali ini juga bermodal sedikit  pengentahuan yang belum jelas kebenarannya dan juga "GPS lokal" masyarakat. Selalu modal nekat itu yang dijadikan kebiasaan dan akhirnya ini rekor bertanya paling banyak dalam perjalanan. 


Hari ini udara cerah, kami berempat mengencangkan mental untuk memulai perjalanan. Niatnya adalah "survai" sebelum mengajak pasukan berwisata, tapi hasil yang kami peroleh adalah hal yang luar biasa.
Denah yang ada di pintu masuk Puncak
Pagi itu kami memulai dengan lewat jalur Yogya-Muntilan-Kalibawang. Tapi perjalanan itu sangat melelahkan. Jalan yang kami tempuh rusak, jadi untuk beberapa tanjakan aku terpaksa turun dan mendorong motor. Jalan hanya berupa tatakan batu yang masih kasar. Tapi yang membuat kami terbengong-bengong adalah ujung dari jalan terjal rusak dan melelahkan itu, ternyata kami salah jalan. Jalur yang ditunjukkan warga rancau dan kami menemukan jalur utama yang "mulus". Semuanya hanya saling berpandangan dan menghela nafas lelah. Ke-Sok-Tau-an kami kali ini dibalas setimpal setelah menadapat jalan yang "mengasikkan" dan tersasar 7 km. Jalur yang disarankan adalah melalui Jl. Godean - Kenteng - Nanggulan - Kalibawang - Suroloyo atau  rute Muntilan - Jalan Wates - Kalibawang - Suroloyo, dan itu menjadi rute pulang kami.

Pintu TPR terlihat, dan untuk memasukki kawasan ini kami perlu membayar sebesar Rp 2.000,- per orang dan Rp 1.000,- untuk tarif sepeda motor (Perda tahun 2010). Setelah itu kami masuk dan mulai melihat hasil dari perjuangan kami yang tidak sia-sia.

Puncak Suroloyo terletak di Dusun Keceme, Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DI Yogyakarta. Puncak Suroloyo adalah puncak bukit tertinggi di Pegunungan Menoreh yaitu 1019 mdpl dan dulunya merupakan salah satu tempat pertapaan Sultan Agung. Di sana terdapat dua tempat pertapaan lagi yaitu di Sariloyo, dan Kaendran yang bejarak sekitar 200 dan 250 meter dari Puncak Suroloyo. 
Puncak Sariloyo dilihat dari Puncak Suroloyo
Puncak Suroloyo adalah kawasan wisata yang sarat akan keberadaan mitos. Menurut cerita Ngabehi Yasadipura seorang pujangga Keraton Surakarta dalam kitab berjudul Cabolek yang ditulisnya, menceritakan bahwa Raden Mas Rangsang, Putra Mahkota Kerajaan Mataram Islam, pernah menerima wangsit untuk menjadi penguasa tanah Jawa. Raden Mas Rangsang diharuskan berjalan kaki dari keraton di wilayah Kotagede, Kota Yogyakarta, ke arah barat. Setelah menempuh jarak sekitar 40 kilometer dan tiba di wilayah Pegunungan Menoreh, ia jatuh pingsan karena kelelahan. Dalam pingsannya, Raden Mas Rangsang mendapat wangsit (petunjuk yang kedua). Wangsit tersebut memerintahkan agar Raden Mas Rangsang, yang ketika besar bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma, untuk melakukan tapa kesatrian di tempat itu. Tempat itulah yang kini disebut sebagai Puncak Suroloyo.
Selain cerita yang dikaitkan dengan Sultan Agung tersebut, Puncak Suroloyo juga tidak lepas dari mitos sebagai kiblat pancering bumi (pusat dari empat penjuru) di tanah Jawa. Masyarakat setempat percaya bahwa puncak ini adalah titik pusat Pulau Jawa jika ditarik dari garis utara ke selatan dan dari arah barat ke timur Pulau Jawa. Mitos inilah yang menyebabkan pada malam Satu Suro ( 1 Muharam) kawasan ini sangat ramai dikunjungi oleh pengunjung yang ingin melakukan ritual untuk menolak bala yang dipercaya orang Jawa akan datang pada bulan Sura.
Untuk mencapai Puncak kita perlu naik sekitar 286 anak tangga, yang lucunya dari perjalanan kami menaikki tangga ini adalah ketidaksamaan dalam hasil yang diperoleh. 4 orang ini mempunyai hasil sendiri-sediri yang tentunya berbeda. Kami sempat merasa kelelahan setelah perjalan panjang kami sebelumnya. Namun, akhirnya kami malu pada ibu-ibu paruh baya yang bersemangat naik bersama rombongannya. Kami pun menguatkan kembali tekad dan berjalan menunju puncak kembali. Dan segala kelelahan kami terbalas saat menginjak Pucak Suroloyo ini. Udara sejuk menerpa tubuh, angin menghapus segala kelelahan, dan mata ini menikmati bentuk anugerah sang pencipta.


Dari ketiga puncak kita bisa menikmati pemandangan alam yang menyejukkan mata.Selain dapat melihat situs budaya Candi Borobudur dari juah kita juga disuguhi pemandangan Gunung Merbabu-Merapi dan Gunung Sindoro-Sumbing yang. Pemandangan di sini mungkin akan lebih menarik saat sunrise dan sunset, sayang kali itu kami tidak sempat melihat karena keterbatasan waktu. 


Setelah menikmati pemandangan yang luar biasa kami memutuskan untuk turun karena mulai ramai pengujung, "gantian". Kami mulai berjalan turun dan sempat berhenti di salah satu pendopo untuk beristirahat. Kami menemui banyaknya tebing yang longsor di sini, saat naik tadi di sisi tangga juga ada yang longsor memakan badan jalan. Daerah Kalibawang harus diwaspadai karena hal ini apalagi saat musim hujan yang dapat membahayakan warga.


Kami memutuskan untuk pulang. Perjalanan kali ini akan menambah pengalaman dan juga ditutup dengan rasa syukur terhadap yang Maha Kuasa. 


Selamat berkujung dan berpetualang, kalau bukan kita yang meramaikan potensi pariwisata dalam negeri sungguh akan menjadi hal yang kan kita sesali suatu saat nanti.


Puncak Suroloyo
Suroloyo, 6 Juli 2010


7 komentar:

  1. saya ingin kesana....

    BalasHapus
  2. silahkan teman, tempat ini bagus kok untuk merefres hidup. hehehe

    BalasHapus
  3. itu habis nanggulang lewat mana ya yang jalannya halus ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau lewat nanggulan itu ada beberapa jalan yang dlu rusak. kalau sekarang saya kurang tahu..
      jalan yang enak itu lewat jalan wates... agak muter sih tapi...

      Hapus
    2. jalan ny udh halus semua
      tp kejauhan kalo lewat nanggulan muter itu soal ny

      saya orang asli samigaluh :D

      Hapus
    3. hahaha... iya maklum udah lama nggak main kesana....
      aku lewat dua2nya itu untuk perjalan PP

      makasih loh tambahan infonya.....

      Hapus
  4. bisa kasih rute lengkap kap kap nggak dari arah godean ?

    BalasHapus