Jalan Menuju Puncak Suroloyo |
Tujuan perjalananku selanjutnya adalah Puncak Suroloyo. Perjalanan kali ini juga bermodal sedikit pengentahuan yang belum jelas kebenarannya dan juga "GPS lokal" masyarakat. Selalu modal nekat itu yang dijadikan kebiasaan dan akhirnya ini rekor bertanya paling banyak dalam perjalanan.
Hari ini udara cerah, kami berempat mengencangkan mental untuk memulai perjalanan. Niatnya adalah "survai" sebelum mengajak pasukan berwisata, tapi hasil yang kami peroleh adalah hal yang luar biasa.
Denah yang ada di pintu masuk Puncak |
Pintu TPR terlihat, dan untuk memasukki kawasan ini kami perlu membayar sebesar Rp 2.000,- per orang dan Rp 1.000,- untuk tarif sepeda motor (Perda tahun 2010). Setelah itu kami masuk dan mulai melihat hasil dari perjuangan kami yang tidak sia-sia.
Puncak Sariloyo dilihat dari Puncak Suroloyo |
Selain cerita yang dikaitkan dengan Sultan Agung tersebut, Puncak Suroloyo juga tidak lepas dari mitos sebagai kiblat pancering bumi (pusat dari empat penjuru) di tanah Jawa. Masyarakat setempat percaya bahwa puncak ini adalah titik pusat Pulau Jawa jika ditarik dari garis utara ke selatan dan dari arah barat ke timur Pulau Jawa. Mitos inilah yang menyebabkan pada malam Satu Suro ( 1 Muharam) kawasan ini sangat ramai dikunjungi oleh pengunjung yang ingin melakukan ritual untuk menolak bala yang dipercaya orang Jawa akan datang pada bulan Sura.
Untuk mencapai Puncak kita perlu naik sekitar 286 anak tangga, yang lucunya dari perjalanan kami menaikki tangga ini adalah ketidaksamaan dalam hasil yang diperoleh. 4 orang ini mempunyai hasil sendiri-sediri yang tentunya berbeda. Kami sempat merasa kelelahan setelah perjalan panjang kami sebelumnya. Namun, akhirnya kami malu pada ibu-ibu paruh baya yang bersemangat naik bersama rombongannya. Kami pun menguatkan kembali tekad dan berjalan menunju puncak kembali. Dan segala kelelahan kami terbalas saat menginjak Pucak Suroloyo ini. Udara sejuk menerpa tubuh, angin menghapus segala kelelahan, dan mata ini menikmati bentuk anugerah sang pencipta.
Dari ketiga puncak kita bisa menikmati pemandangan alam yang menyejukkan mata.Selain dapat melihat situs budaya Candi Borobudur dari juah kita juga disuguhi pemandangan Gunung Merbabu-Merapi dan Gunung Sindoro-Sumbing yang. Pemandangan di sini mungkin akan lebih menarik saat sunrise dan sunset, sayang kali itu kami tidak sempat melihat karena keterbatasan waktu.
Setelah menikmati pemandangan yang luar biasa kami memutuskan untuk turun karena mulai ramai pengujung, "gantian". Kami mulai berjalan turun dan sempat berhenti di salah satu pendopo untuk beristirahat. Kami menemui banyaknya tebing yang longsor di sini, saat naik tadi di sisi tangga juga ada yang longsor memakan badan jalan. Daerah Kalibawang harus diwaspadai karena hal ini apalagi saat musim hujan yang dapat membahayakan warga.
Kami memutuskan untuk pulang. Perjalanan kali ini akan menambah pengalaman dan juga ditutup dengan rasa syukur terhadap yang Maha Kuasa.
saya ingin kesana....
BalasHapussilahkan teman, tempat ini bagus kok untuk merefres hidup. hehehe
BalasHapusitu habis nanggulang lewat mana ya yang jalannya halus ?
BalasHapuskalau lewat nanggulan itu ada beberapa jalan yang dlu rusak. kalau sekarang saya kurang tahu..
Hapusjalan yang enak itu lewat jalan wates... agak muter sih tapi...
jalan ny udh halus semua
Hapustp kejauhan kalo lewat nanggulan muter itu soal ny
saya orang asli samigaluh :D
hahaha... iya maklum udah lama nggak main kesana....
Hapusaku lewat dua2nya itu untuk perjalan PP
makasih loh tambahan infonya.....
bisa kasih rute lengkap kap kap nggak dari arah godean ?
BalasHapus