Jeng jeng jejeng jeng!
Saya melongo melihat pangung Super Show 6 ada di depan mata
saya. Hawa dinginnya AC menambah bulu kuduk saya semakin berdiri (karena
kedinginan). Buset dah, ini tempat konser atau frezzer raksasa ye? Dinginnya
luar biasa! Saya masih menikmati suasana venue Yellow B saat tiba-tiba lampu
seluruh venue mati dan backsound Super Show mulai terdengar. Saya yang sudah
sempat melihat cuplikan SS6 di Jepang sedikit banyak sudah tau tentang alur
konser ini. Saya yang tadinya stay cool di belakang dekat pagar pembatas maju
mendekati panggung yang jaraknya kurang dari lima meter. Ah kira-kira yang
terbang keluar dari sini sesuai dengan prediksi saya nggak ya?
DEEERRR....
Seseorang yang sudah saya prediksikan muncul di hadapan saya, setelah itu saya tidak
sadarkan diri. Tidak sadarkan diri dalam artian, tadinya yang saya masih stay
cool sambil menyilangkan tangan di depan dada saya sudah hilang kesadaran dan
ikut berteriak histeris menyatu dengan teriakan ELF lainnya. Detik itu juga
saya sadar, saya hanyalah seorang fans biasa seperti teman-teman lainnya. Saya
pun dari depan panggung berlari ke belakang menghapiri Chan yang masih
bersandar dengan posisi nyaman di pagar.
“Chan, Chan, Chan!
Eunhyuk Oppa, Chan!” saya berlari ke arah Chan kemudian kembali lagi
menuju ke samping panggung dan kembali lagi ke Chan sambil menunjuk-nujunk
salah satu personil Super Junior. Bodo amatlah dengan image saya yang tomboy
dan cool, hari ini pengecualian, nggak ada yang tahu ini. Saya bergabung dengan fans-fans lain menjadi
fangirl seutuhnya, just let the beat goes on lah. Haha.
Super Show's Light |
Konser selama kurang lebih 4 jam itu bagaikan jet coaster
yang melaju dengan kecepatan ratusan km per jam. Cepat sekali rasanya, saya
membaur jadi satu dengan euforia konser. Ikut tertawa dengan ocehan Oppa yang
saya pahami dengan bahasa korea saya yang masih standar, ikut terharu dengan
kalimat-kalimat yang diutarakan dan bahkan ikut berkaca-kaca mendengar lagu
sedih. Kalian pasti berfikir saya gila. Ya saya gila saat itu. Mata saya tak
bisa melepaskan diri dari panggung dan telinga saya hanya mendengar suara ELF
dan Suju. Bodoh sekali. Saya meyakinkan diri saya, bahwa setidaknya ini adalah
pengalaman yang paling tidak sekali dalam hidup saya akan bermanfaat. Harus!
Mungkin setelah ini saya bisa insaf kali ya jadi fangirl (itu tidak terbukti
sampai sekarang ternyata. haha)
Konser sebentar lagi berakhir, tinggal encorenya saja. Saya
hanya termangu sambil bersandaran pada pagar pembatas, kaki saya lemas dan
suara saya serak karena terlalu out of energy. Kembali meyakinkan diri bahwa semua
tadi nyata. Lain saya yang tersenyum sumringah, Chan justru menitikan air mata!
Lebay kali ini anak, tadi pas saya nangis dia stay cool di belakang sambil
memasang muka mengejek, kini dianya yang gantian nangis. Ni anak bersyukur
karena telah menonton konser atau nangis karena konser sudah selesai dan harus
pulang sih? Saya jadi ikut melongo sendiri ngeliatnya. Cup cup cup sayang.
Akhirnya konser itu berakhir, kami masih dengan berat hati
meninggalkan venue. Berjalan mengulangi jejak perjuangan langkah kami sampai
bisa masuk ke venue dan akhirnya keluar dari hall. Hall sudah sepenuhnya
bersih, lantai yang tadinya penuh dengan sampah makanan dan minuman sudah
bersih kinclong. Embun yang berasal dari AC juga mempercantik kaca-kaca hall
sehingga mendadak suasana menjadi syahdu. Membuat kami berada diambang
kesadaran antara mimpi dan kenyataan.
Bruuum!
Oh... Kami kembali ke kenyataan saat melihat dan mendengar
suara bus kami yang sudah datang mendekakt menjemput kami untuk kembali ke
Jogja. Sambil melirik lagi ke arah ICE BSD City, saya mulai mengintropeksi
apa-apa saja yang saya dapatkan hari ini. Terus menyelami perjalanan tiga hari
ini sampai saya benar-benar masuk kembali ke dunia mimpi.
Oh, saya sudah di Jogja! Saya mengejap-ejapkan mata saya ketika
saya sudah sampai di Jl Magelang. Ah saya benar-benar bermimpikah? Saya lalu
menoleh dan melihat Chan yang juga tertidur di samping saya. Wkaka, tak hanya
saya tapi semua orang sepertinya sedang
merasakan mimpi yang sama. Saya tidur
selama kurang lebih 14 jam di dalam bus, dan 28 jam jika di hitung bolak balik
Jogja-Jakarta, Jakarta Jogja.
Pengalaman konser yang saya lalui adalah milik saya sendiri.
Kalian tidak bisa membayangkan apa yang saya dapatkan karena kalian tidak
menyaksikannya. Adapun jika menyaksikannya pun pastinya berbeda. Namun
pelajaran yang saya dapatkan dapat menjadi milik bersama.
“Besar kecil harapan, mimpi, dan keinginan itu membutuhkan
pengorbannan. Semua yang awalnya tidak mungkin akan menjadi mungkin jika kita
mengusahakannya. Pengorbanan itu tidak selamanya diwujudkan oleh nominal angka,
nominal itu akan menjadi hal yang tak terfikir bila kita menilainya dengan
penghargaan terhadap diri sendiri. . .”
Ini semua berasal dari mimpi, setidaknya dengan saya berada
di sana, saya menjadi percaya bahwa ini adalah kenyataan yang saya buat. Mimpi
itu akan tetap menjadi mimpi atau dibawa ke dunia nyata bergantung pada kemauan
kita. Saya bisa, dan mulai sekarang saya percaya bahwa mimpi-mimpi saya yang
lain akan menjadi kenyataan. That was like a boast up to next level of my dream.
And the end of this night dream was happy ending,
ups its not ending....yet...
Uri Super Juni-O-R; Source : Twitter smtownglobal |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar