Diikutkan Dalam Lomba Menulis ‘Love With a Witch by Hyun Go Wun’
Lee Ye Ri berlari menaiki kereta. Nafasnya belum teratur, dan kereta itu sudah mulai berjalan.
Kalau saja aku bisa menggunakan kekuatanku, tak perlu repot-repot aku menggunakan kendaraan manusia ini. Merepotkan!
Lee Ye Ri berjalan menelusuri gerbong untuk mencari tempat duduknya. Sudah hampir 20 tahun Lee Ye Ri tinggal di dunia manusia. Ia dihukum oleh Komite Penyihir karena menggunakan kekuatannya untuk membuat orang jatuh cinta. Hal yang dilarang oleh Komite itu. Lee Ye Ri hanya boleh kembali ke Komite jika ia bisa menemukan orang yang bisa mencintainya dengan tulus. Sepertinya mudahkan? Tapi tidak karena Lee Ye Ri adalah gadis yang kecantikannya mampu membuat siapapun tergila-gila padanya. Mission impossible!
Ye Ri menemukan kursinya, di sampingnya sudah ada laki-laki yang duduk bersandar di kaca kereta sambil memejamkan matanya. Ye Ri duduk perlahan agar tidak membangunkannya, akan sangat menyebalkan jika sepanjang delapan jam ke depan ia harus meladeni laki-laki yang tak dikenalnya. Tapi laki-laki itu bergerak, ia membuka matanya, menatap Ye Ri sekilas dan tersenyum sambil menggeser tempat duduknya.
“Permisi…”
“Iya…” jawab laki-laki itu lalu kembali menyandarkan kepalanya di kaca jendela. Aneh, biasanya setiap laki-laki yang menatapnya akan langsung terpesona dan mengajaknya kenalan. Ye Ri menyeritkan keningnya, penasaran.
“Tatapan Anda bisa saja membuat wajah saya berlubang loh”, Ye Ri terkejut. Lelaki itu bahkan tidak membuka matanya.
“Maaf, apa Anda sakit?” kilahnya.
“Tidak…” jawab lelaki itu tanpa membuka matanya. Membuat Ye Ri semakin penasaran. Lelaki itu cukup tampan, aura yang ia keluarkan juga penuh kehangatan, “detak jantungmu berbeda, kau bukan manusia ya?”, Ye Ri melonjak kaget. Lelaki itu tertawa cukup keras.
“Se Hyuk”, ucapnya. Ye Ri terpaku saat laki-laki itu menatapnya, “namaku Se Hyuk” ia mengulurkan tangannya.
Ye Ri membalas uluran tangan itu tanpa mengalihkan tatapannya dari mata Se Hyuk, “Ye Ri”. Ye Ri tak bisa mengatakan apapun, walaupun mata Se Hyuk begitu teduh dan penuh kasih, mata itu tidak memiliki cahaya. Air mata Ye Ri tiba-tiba mengalir di pipinya.
“Kau menangis…”, bukan pertanyaan, tapi penyataan yang begitu jelas, “biasanya seorang wanita hanya akan menangis di hadapan orang yang ia cintai. Tapi itu tidak mungkin, kita kan baru bertemu. Apa kau merasa kasihan padaku?”
Ye Ri menggeleng cepat. Bodoh, mana mungkin Se Hyuk tau kalau ia menggeleng. Namun sebelum Ye Ri menjawab, Se Yuk sudah tersenyum dan kembali bertanya, “lalu kenapa kau menangis?”
“Bagaimana kau tahu?” Se Hyuk tersenyum. Kali ini senyumnya berbeda.
“Jangan meremehkan orang buta…”
“Aku tidak meremehkan, aku bertanya”.
“Ada banyak hal yang tidak diketahui oleh orang pada umumnya, tapi orang-orang dengan dunia berbeda seperti kami ini tau mana yang baik dan buruk”, jawab Se Hyuk lalu menyandarkan kepalanya kembali ke kaca.
“Aku tahu”, Ye Ri merasakan hal aneh yang ada di hatinya, “Se Hyuk, apa kau mau menjadi kekasihku?”
“Kau bercanda!”
“Kau seharusnya tahu aku bercanda atau tidak”, Se Hyuk terdiam tak mengerti. Ia mendengarkan getaran hati Ye Ri, ia tidak bohong.
“Tapi kenapa? Aku buta, cacat, sedangkan kau cantik”
“Kau bahkan tau aku cantik, kenapa kau menyebut dirimu sendiri buta?” Se Hyuk tertawa lembut. Baru kali ini ia menerima perasaan seperti itu. Gadis yang spontan dengan aura yang menyenangkan.
“Kau gila…”
“Benar aku gila, menyatakan perasaanku pada orang yang baru aja aku kenal!” Ye Ri kini menyandarkan kepalanya di lengan Se Hyuk. Mengembuskan nafas dalam-dalam. Se Hyuk terdiam beberapa saat sebelum menyentuh wajah Ye Ri dengan tangan kirinya.
“Kau gila tapi cantik…”
“Lalu kau tidak masalah memiliki kekasih gila yang penting dia cantik?” Se Hyuk kembali tertawa lepas. Baru kali ini dalam hidupnya Se Hyuk bisa seperti itu.
“Aku bahkan tidak bisa memilihat wajahmu! Bagaimana bisa aku menyukaimu hanya karena kau cantik?” Se Hyuk mengatakannya dengan tulus dari hatinya.
Ye Ri, kembali, hukumanmu berakhir.
“Ye Ri?” Se Hyuk yang tadinya tertawa terkejut saat Ye Ri kembali menangis.
“Aku nggak mau pergi…” Ye Ri terisak padahal Se Hyuk begitu tulus namun sekeras apapun ia menolak, kalau Ketua memintanya kembali ia akan menghilang. Hukuman ini bukannya berakhir namun justru baru saja di mulai.
“Kalau begitu tinggalah…” Se Hyuk ikut panik.
“Se Hyuk” Ye Ri meraih wajah Se Hyuk dengan kedua tangannya, “aku akan memberikanmu hadiah, kau nggak boleh lupain aku ya?”, Ye Ri mengecup mata Se Hyuk lembut, “ini adalah imbalan dari segala penerimaan dan ketulusan hatimu”
Se Hyuk benar-benar tak mengerti sampai ia membuka matanya. Ia melihat dengan jelas gadis yang cantiknya melebihi bidadari. Gadis itu tersenyum, tapi air mata mengalir lembut dipipinya.
“Ye Ri, apa yang kau lakukan padaku?” Se Hyuk menatap Ye Ri dengan kedua matanya.
“Aku tak bisa menjelaskannya. Pertemuan kita ini adalah takdir. Kita harus menerimanya sesakit apapun itu. Terimakasih!”, Ye Ri mengilang di depan mata Se Hyuk.
“Penyihir jahat!” sambil mengatakan itu, air mata Se Hyuk mengalir. Ia bisa merasakan kalau Ye Ri bukan manusia, namun perpisahan itu masih menyakitinya. Memberikan obat lalu melukainya lagi. Se Hyuk tertawa dengan air mata yang terus mengaliri pipinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar